Kepercayaan
Kalo kita bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, maka kita tidak akan pernah salah mengambil keputusan.
Kalo kita bisa tahu berbuat A, maka hasilnya adalah B maka kita akan lebih bijak saat memutuskan A dan mempersiapkan mental dalam menghadapi resikonya.
Kalo kita bisa melihat hari esok atau bulan-bulan yang akan datang, maka kita tidak akan pernah meletakkan kepercayaan pada orang yang salah.
Barangkali itulah yang menandakan kalo kita masih manusia. Terbatas!. Keterbatan itulah yang membuat kita kecewa, bersedih terluka. Tapi karenanya juga kita belajar hari demi hari untuk menjadi bijaksana dan kuat.
Alam semesta sebagai keteraturan dan keterkaitan segala hal. Seluruh hidup kita sampai saat ini terjadi menuruti rantai peristiwa dan hukum alam.
"Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu tetapi justru inginkan hidup terjadi seperti apa adanya" __epictectus
Ditengah menulis ini saya mengalami musibah kecil, kalau mengikuti Epictetus saya tidak cukup sabar dan ikhlas dengan apa yang terjadi bahkan menyarankan agar kita "menginginkan" terjadi. GILA YAA!!!
Tapi, setelah saya pikir-pikir, apa untungnya saya marah, apa untungnya saya membenci, apa gunanya saya berandai-andai, seandainya saya tidak memilih dia? Seandainya saya tidak menaruh harapan dan kepercayaan sebesar itu kepada dia?
Kejadian yang menimpa saya, seharusnya saya maknai sebuah kesempatan untuk belajar, pembelajaran yang sangat berharga bahwa "tidak semua orang layak untuk diberi kesempatan kedua". Saat kita melihat sebuah musibah sebagai kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.
Amor fati tidak ingin apapun menjadi berbeda. Love of fate atau mencintai takdir.
Walaupun terasa absurd untuk mencitai musibah, minimal saya bisa menertawakan situasi ini, dan menertawakan diri sendiri. Tidak ada yang perlu disesali semua terjadi mengikuti keteraturan dan hukum alam.
"Some thing are up to us, some thing are not up to us"
Hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan seperti, cuaca, opini orang lain, tindakan orang lain. Hal-hal yang tidak dibawah kendali kita bersifat lemah, terikat dan milik orang lain.
Kita tidak bisa men-setting bagaimana opini orang lain kepada kita, kita hanya bisa mengatur bagaimana opini kita, bagaimana cara berperilaku yang baik dan memperlakukan orang.
Kemarahan kita lebih merusak daripada perlakuan yang kita terima. Kebahagiaan sejati bersumber dari hal-hal yang bisa kita kendalikan dengan kata lain kebahagiaan sejati hanya datang dari dalam .
Komentar
Posting Komentar