iyaa!!!, raksasa itu....


yang Pasti bukan si Raksasa. iss :((

Pertemuan menyebalkan itu sebenarnya berawal dari perkara printer, cowok dengan badan besar seperti raksasa itu dengan sangat terkejut ku ketahui adalah abang dari kawanku yang sudah terbiasa numpang nge-pprint GRATIS di kamarku, iya GRATIS tanpa modal kertas apalagi tinta. Dan semuanya itu juga gak masalah buat aku. Hingga akhirnya dia membawa orang hilang itu *ehh, abangnya. Untuk juga meminta sentuhan tanganku memperbaiki CV dan lamaran pekerjaannya di tambah lagii numpang nge-print (gratis). Lalu beberapa kali pertemuan selanjutnya perihal bantuan, Ms.word, PDF dan lain lagilah aku juga lupa. Gak penting ngingat dia!!!.
Kebaikan dan kelembutan hati aku mungkin sudah tersebar kemana-mana makanya banyak orang entah darimana-mana datang dan pergi tiba-tiba hanya untuk ngerepotin dan mengganggu ketenangan hidup aku, ya sudahlah selagi bisa membantu kenapa juga mesti dipersulit. Iyaa kan? (coba anggota DPR semua kayak aku gituu yaaa JJ)
Okeh, mulai sekarang kita panggil pria itu si raksasa saja. Sadis amat? Biarlah dia juga gak bakalan baca gak bakalan tahu. Ahh...
Hingga akhirnya siraksasa pun sering main ke kosan kami, nanyain aku, muji-muji aku. Bilang aku cwek baik, lembut dan banyak lagi pujian yang memuntahkan. Parahnya lagi seisi kosan termasuk adek nya berkonspirasi mendukung si raksasa. Hah?? Aku bosan dengan pembicaraan kami yang tidak berkualitas, aku bosan dengan basa-basinya. Dan jangan pula mimpi bisa ngajak aku jalan ataupun makan berdua. Aku bukan orang yang bisa manfaatin perasaan orang lain, maka jika dari awal aku sudah tak tertarik aku juga malas untuk mempermainkan perasaannya. Takutnya kalo aku masih baikin dia jadinya salah persepsi, sakit hati lalu kacau!!!. Bukan sikap kekanak-kanakan pula jika akhirnya aku hanya menanggapi kedatangannya dengan senyum seperlunya, menanggapi jawabanmu dengan Ya/Tidak. Bahkan tidak membalas sms siraksasa sama sekali kalo memang gak ada sisi pentingnya. Tetep aja kok aku masih berbaik hati memberikan bantuan jika dalam kondisi darurat.
Sebenarnya perkara hati dan perasaan aku sama si raksasa bukan perihal dia kalah keren dari Tom Cruise, atau dia tidak sekeren Jhonny Deep atau juga gak sehebat leonardo de caprio. Bukan juga masalah dia hanya naik motor biasa bukan ninja atau bukan pula karena dia tidak bawa mobil. Kalo skala 1-10, menurut aku siraksasa berada di skala 7, masih lulus.
Buat aku dalam membina hubungan bukan soal tampang yang rupawan karena dia bukan pajangan di etalase toko untuk dipamerin. Bukan pula soal motor gede atau mobil karena dia bukan pacar siaga setara dengan tukang ojek atau pembokat yang siap antar jemput lalu diceritakan kepada teman-teman untuk disombongkan, apalagi soal hartanya karena bahagiaku tidak bersumber dari semua itu.
Aku ingin membina hubungan (re:pacaran) dengan orang yang benar-benar mampu membuatku jatuh cinta, aku ingin merasakan getaran ketika dia menatapku, merasakan kehangatan yang mengalir ke seluruh tubuhku ketika dia mengemgam tanganku, mendamaikan gelisahku saat memeluk pundakku, yang mampu menenangkan jiwaku.
Aku masih percaya, di sebuah tempat entah dimana di belahan muka bumi ini aku masih punya kesempatan untuk bertemu suatu hari nanti dengan pria misterius yang membuat dadaku berdegup kencang saat bertemu dengannya. Yang membuatku penuh gairah dengan percakapan-percakapan sederhana kami. Yang meberikan getaran-getaran indah di hatiku. Yang bersedia menemaniku seumur hidupnya melewati tawa dan airmata.
Siraksasa itu bukan pria yang kucari, tidak ada hal dalam dirinya yang mampu membuatku berdebar-debar. Tidak ada pembicaraan yang berkualitas yang bisa ku habiskan. Aku tidak suka semua yang ada dalam dirinya. Itusaja!!!
Karena aku sampai detik ini tetap teguh dengan keyakinan ku. Kamu cinta dalam hidupku yang saat ini sedang menghilang menunggu disuatu tempat untuk ditemukan. Semoga kita segera bertemu. Segera!!!. JJJ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG

Analisis Slumdog Millionaire