Tidak Sekedar Hibernasi
Setiap dari kita memang perlu
melakukan hibernasi. Kalau hewan melakukannya dengan melakukan tidur panjang,
bermalas-malasan dan menimbun lemak di musim dingin.
Hibernasi yang saya lakukan
mungkin bukan dengan tidur panjang, *aku paling lama bisa tidur 12 jam dalam
sehari. Itu udah paling kebo banget*. Yahh, hibernasi yang saya lakukan adalah
TRAVELLING berhenti sebentar dari rutinitas yang menyiksa, berhenti sebentar memikirkan
soal pekerjaan & cinta. Berhenti sebentar memikirkan pertanyaan-pertanyaan
yang memaksa aku untuk memberikan alasan-alasan.
Hibernasi yang saya lakukan
adalah dengan melakukan perjalanan, menyimak manusia yang aku temui dalam
perjalanan. Hibernasi yang saya lakukan dengan menghabiskan waktu di dalam
kereta api, menempuh berbagai-bagai kota. Me-rilekskan pikiran di ketinggian
pesawat dengan melihat langit biru lebih dekat.
Berhenti memikirkan pekerjaan
dan mencari perkerjaan, menikmati kulineran. Tertawa sepuasnya, menemui
beragam-ragam orang. Naik bermacam-macam mode transportasi. Berjalan kaki
berkilo-kilo meter daripada menghabiskan tiga ribu rupiah didalam angkot. This is
GRAZY!
Semacam mengumpulkan energi
untuk mengatur strategi baru, menyambut
petualangan baru di kota yang paling aku benci & mati-matian aku hindari selama ini. Tapi hidup
terkadang mendekatkanmu terhadap hal yang paling ingin kau lari darinya agar
kau bisa berdamai dengannya.
Kalau aku sebut ini sebagai
perjalan ter-mahal gue, rasanya tidak berlebihan.
Bukan, bukan karena aku
liburan terus ngabisin duit buat belanja, beli barang-barang kaum borjuis Prada, Louis Vuitton
atau Cristian Louboutin, less shopping banget malah.
Jadi yang biasanya kalo aku
mau liburan, berjuang banget cari tiket dari jauh-jauh hari biar dapat tiket
murah, cari maskapi yang murah, bila perlu liburan itu kalo lagi ada tiket
promo doang. Pilihan pesawatnya juga sriwijaya atau lion. Se-kere itu!
Nah kali ini, aku ngambil
tiket 10 jam sebelum aku terbang. Yapp! Ngambil tiket jam 21.00 untuk terbang
jam 06.00 pagi. Pas di hari raya imlek
08 february. Kebayang dong mahalnya tiket yang harus aku bayar? Dengan pilihan
maskapai Batik Air pula *dalam hati aku ngarep banget pulang dengan
Rolls-Royces*. Untuk ngetik Rolls-Royces dengan benar aja aku mesti googling
dulu. Astagah!. dari puluhan perjalanan, Ini pengalaman pertama gue naik pesawat dengan dilengkapi TIPI (pake P bukan V) .
HaHaHaHa.
Padahal biasanya nyari tiket
beda harga 50rb aja mesti aku perjuangin pake kupon traveloka atau monitoring
harga tiap saat.
Tapi sekal-kali kita perlu
bersenang-senang, bermain-main dan ini tentang menyangi diri sendiri. Ini mungkin adalah
phase paling depresinya aku dengan pertanyaan-pertanyaan paling menyebalkan “kapan
berangkat?”, dan tiap kali aku ganti Display Picture BBM, teman-teman BBM malah
ngira itu setting nya udah di taiwan.
Yapp! Alasan utama aku
berhenti dari pekerjaan sebelumnya adalah karena ingin melanjutkan study dengan beasiswa di negeri formosa. Dan kerena
sesuatu dan lain hal. Karena hidup tidak selalu memihak kepada mimpi yang
sempurna. Aku harus memilih, pilihan yang berat. Tentang prioritas dalam hidup.
Aku meng-cancel pilihan yang paling aku
inginkan to be a Master of Communication
Aku benci lingkungan
menuntutku untuk memiliki alasan kenapa aku melakukan atau tak melakukan sesuatu. Aku benci jika
harus menjelaskan kenapa aku mengambil keputusan ini. Aku benci ketika
orang-orang menuduh aku melakukan sesuatu yang sangat bodoh dengan menyia-nyiakan
beasiswa yang banyak orang lain sangat inginkan tapi tidak beruntung seperti
aku.
Yahh, akhirnya aku disini di
sebuah kota yang lenggang aku ingin
menyayangi diri sendiri, disini di sebuah desa yang jaraknya masih ratusan
kilometer dari kota bandung. Tidak ada yang mengenal aku dan tidak ada yang
mencerca aku dengan pertanyan-pertanyaan konyol. Tapi aku di berondong dengan
pertanyaan baru yang sama menyebalkan. “Tinggal dimana?”
Jujur ini pertanyaan yang amat
sangat menyudutkan, kalo aku bilang di Pekanbaru. Aku sudah bukan warga
pekanbaru semenjak aku memutuskan di malam itu untuk nekat membeli tiket. Dan aku
tidak punya keinginan menetap dikota ini ditambah aku belum sah jadi warga
jakarta meskipun barang-barangku. Aku drop di jakarta lalu melakukan travelling
paling gilaa di ruas jalan kota bandung, dan menyusuri desa-desa di jawabarat. Untuk
sementara aku hanya seorang backpaker modal pas-pasan dengan masih ber-mental
borjuis. aku sangat menikmati hidup
tanpa pekerjaan, tanpa perlu memikirkan masa cuti dan bisa melanjutkan
perjalanan sejauh dan selama yang aku mau. Tapi demi Tuhan, aku tidak suka
melihat tabunganku semakin menipis.
Lalu jika ditanya apakah aku
memperoleh ketenangan pikiran seperti yang aku cari?
Sejujurnya tidak....
ketenangan pikiran yang sejati hanya bisa kau temukan di dalam dirimu. Bukan di
kota-kota tertentu, bukan di desa-desa yang jauh dari hiruk-pikuk atau bahkan
sampai ke timbuktu sekalipun. Sesungguhnya apa yang kau cari berasal dari
hatimu.
Disini di sebuah tempat yang
di guyur hujan setiap hari, aku hanya belajar melupa, melupakan sejenak
rutinitas, melupakan sejenak kepenatan. Rintik hujan diluar sana dan ketenangan
desa ini malah semakin memprovokasi pikiranku untuk menghayal lebih jauh. Mengenang
cinta yang pernah kutitipkan diam-diam. Meretas mimpi yang pernah aku bangun
dengan sangat ambisi.
Di tempat yang tenang ini,
meski aku bisa makan dan tidur di atas
kasur dengan nikmat, bukan berarti aku tidak cemas dengan hari esok, dengan
pekerjaan yang harus segera aku temukan. Dengan mimpi-mimpi yang semakin liar
dikepalaku.
Diluar sedang hujan deras, aku
malah semakin asyik memikirkanmu wajah berkerutmu di depan komputer, kulit
putihmu yang kadang pucat. Sangat sibuk kah engkau hari ini? Seandainya kau ada
disini menggemgam tanganku lalu kita menyusuri setiap jengkal kota kembang yang
legendaris ini, kita menyimak kesibukan kota ini dikepala kita masing-masing. mengambil
beberapa gambar selfie kita, bukan buat
dipamerin di media sosial tapi untuk kita simpan dan kita lihat saat kita
saling merindukan lalu mengulang kenangan di kepala.
*ahh, hujan ini membuat aku
menghayal terlalu liar*
Mungkin aku tidak sekedar
Hibernasi tapi juga mengalami distraksi parah!
Komentar
Posting Komentar