Perfect Selfishness

Bapak bilang, pertanyaan yang paling sulit dijawab adalah "kenapa?" karena setelah dijawab pun masih bisa ditanya lagi: "kenapa?" (Sebuah tweet dari bernard batubara)

Aku sepakat dengannya, sekarang ini  aku malas ngejelasin banyak hal atas pertanyaan orang-orang. Karena setelah dijelasin belum tentu mereka mengerti atau melakukan sesuatu untuk membantu.

Banyak yang bilang; dia tampan, dia baik, dia hebat, dia mampu membuat mu bahagia. Dan sederet panjang reputasi lainnya.  Lalu ketika aku tetap dingin, diam dan bahkan berkata "tidak". Mereka bertanya. Kenapa?

Kenapa masih jomblo? Kenapa tidak pacaran saja dengan si A, B atau sederet nama lainnya.

Sulit menjelaskan "mengapa" atas sebuah pilihan yang aku putuskan untuk tetap sendiri. menolak berbagai bentuk perjodohan, menjauh dari beberapa orang yang mencoba mendekati. Memasang tampang angkuh, dingin, tidak butuh, cuek, sinis adalah hal yang paling mudah kulakukan daripada menjelaskan.

Mereka bilang aku pemilih (tidak sepenuhnya benar), standard aku ketinggian (sama sekali salah) aku masih banyak mimpi dan cita-cita yang ingin aku kejar (mungkin benar).

Aku pernah menyukai pria dalam hidupku, pria yang aku temui atau dikenalkan.  Tapi aku memilih diam tidak lantas menunjukkan perasaan, kenapa? Karena buat aku sejatinya cinta itu adalah proses. Tidak lantas percaya dengan apa yang terucap dari bibirnya atau pendapat orang-orang. Tidak lantas percaya dengan apa yang aku lihat di awal-awal. Menurut mu aku peragu? Yapp.. aku meragukan banyak hal. Aku meragukan setiap cinta yang mampir tanpa di uji, aku meragukan setiap perkataan jika belum mengalami. Aku bahkan meragukan keseriusan orang tuamu.  Bahkan aku masih harus meragu dengan apa yang aku lihat dengan mataku. Hidup ini sudah penuh dengan dramaturgi. Sulit membedakan mana panggung depan dan panggung belakang karena sudah terlalu banyak panggung.

Aku egois? Waiting for perfect love?. NO even I know better than that,  Iam loving for selfishness, perfect selfisnes love. Yap! Aku butuh cinta yang egois. Somewhere between "not enough" and "not at all". I always hungry of love. So I made up my mind. I was going to find someone who would love me unconditionally, 365 days in a year.

Aku hanya sedang menunggu seseorang yang bisa mencintaiku tanpa syarat. Mencintaiku 365 hari dalam setahun. Dan aku tidak sudi dijadikan sebagai pilihan.  Tidak akan pernah mau menjadi pilihan sampai kapan pun!

Kalian pikir kalian siapa? bisa menjadikanku second or third choice? Aku bukan wanita bodoh yang siap menunggumu ketika gagal mendapatkan yang kau inginkan. Yang siap tunduk kepada orangtuamu ketika gagal mendapatkan menantu impian. Sekarang apa? Sekarang kalian dengan pilihan-pilihan kalian, besok bisa jadi datang lagi. Aku tidak pernah menunggu siapapun! 

Iam waiting for perfect selfishness. So then I'd give him all the love  he deserves for what he's done.

Lalu mungkin jika besok kamu berubah menjadi  makin cakep atau mungkin menjadi orang kaya. Itu tidak akan mengubah apa pun! Ingat aku tidak akan pernah mau menjadi pilihan.  Kemaren kau mengharapkan aku, hari ini kau nengharapkan yang lain. Besok kau mengharapkan siapa? Aku tahu setiap orang bisa berubah atas pilihan-pilihannya. Hatimu terbuat dari apa? Bisa berubah-ubah secepat itu? Kalian gak punya prinsip banget. Kau pikir cinta itu terbuat dari keju dan ingin mencoba berbagai varian?

Aku tetaplah aku. Hanya akan tetap mengungu cinta yang egois.

Teruntuk kamu dan keluargamu
Aku marah karena menjadikanku pilihan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG

Analisis Slumdog Millionaire