surat untuk bapak (1)
Bapak sehat?
Aku jarang bertanya kabar mu pak, tapi aku yang paling menghawatirkan mu setiap hari.
Bapak aku menulis ini masih dengan berurai air mata, aku kaget sekali pak.
Bapak, kita terlalu banyak rahasia.
Bapak tak pernah mengabariku kalo sakit, katamu agar aku tidak khawatir. Agar aku bisa fokus belajarnya bisa focus kerjanya.
Bapak, abang menelpon jam 12 malam dia sering menelpon untuk hal2 yang tidak penting lalu aku abaikan. Ternyata dia mau mengabari kalo bapak kecelakaan.
Aku marah pada diriku sendiri pak, aku tidak pernah menjadi orang pertama yang mengetahui keadaanmu..
Bapak pernah marah padaku karena merahasiakan jahitan dikepalaku, lalu selama pulang kampung aku pakai topi kataku dingin. Hingga saat keramas aku lalai menutupi bekas luka di kepalaku. Bapak dan mama marah sekali karena tidak memberitahu kejadian itu.
Sama pak, aku tak ingin buat bapak & mama khawatir. Bapak gak boleh begini lagi, kalo ada apa-apa bapak harus mengabari aku. Aku putri bapak aku harus tahu kesehatan bapak.
Bapak jangan ada rahasia lagi yaa, jangan pernah membuat kami terlalu nyaman pak. Bapak sudah cukup rahasianya, . Sudah waktunya aku menghawatirkan bapak. Sudah waktunya juga aku ikut merasakan luka dan sakit yang bapak rasakan.
Bapak aku sudah besar, bukan anak kecil lagi. Jangan pernah khawatirkan aku pak. Aku akan baik-baik saja. Aku siap dengan segala kabar buruk. Pak, rasanya aku ingin pulang ingin memeluk tubuhmu yang kurus, ingin menyentuh kulit mu yang kasar.
Bapak, sehat terus yaa aku jauh tak bisa jagain bapak. Tak bisa masak buat bapak. Tak bisa ambilkan air putih buat bapak. Tak bisa juga bayari obat Bapak. Aku merasa tak berguna pak tak bisa apa-apa. aku marah pada diriku sendiri Pak.
Pak kumohon jaga jantung mu terus berdetak untuk ku yaa, sebentar lagi pahompu panggoaran bapak lahir. Bapak pasti bahagia kan? Bapak gak boleh banyak pikiran, aku siap mendengarkan semua keluh kesahmu pak berbagilah resahmu dengan ku.
Teriring salam dan doa,
Putri bungsumu
Aku jarang bertanya kabar mu pak, tapi aku yang paling menghawatirkan mu setiap hari.
Bapak aku menulis ini masih dengan berurai air mata, aku kaget sekali pak.
Bapak, kita terlalu banyak rahasia.
Bapak tak pernah mengabariku kalo sakit, katamu agar aku tidak khawatir. Agar aku bisa fokus belajarnya bisa focus kerjanya.
Bapak, abang menelpon jam 12 malam dia sering menelpon untuk hal2 yang tidak penting lalu aku abaikan. Ternyata dia mau mengabari kalo bapak kecelakaan.
Aku marah pada diriku sendiri pak, aku tidak pernah menjadi orang pertama yang mengetahui keadaanmu..
Bapak pernah marah padaku karena merahasiakan jahitan dikepalaku, lalu selama pulang kampung aku pakai topi kataku dingin. Hingga saat keramas aku lalai menutupi bekas luka di kepalaku. Bapak dan mama marah sekali karena tidak memberitahu kejadian itu.
Sama pak, aku tak ingin buat bapak & mama khawatir. Bapak gak boleh begini lagi, kalo ada apa-apa bapak harus mengabari aku. Aku putri bapak aku harus tahu kesehatan bapak.
Bapak jangan ada rahasia lagi yaa, jangan pernah membuat kami terlalu nyaman pak. Bapak sudah cukup rahasianya, . Sudah waktunya aku menghawatirkan bapak. Sudah waktunya juga aku ikut merasakan luka dan sakit yang bapak rasakan.
Bapak aku sudah besar, bukan anak kecil lagi. Jangan pernah khawatirkan aku pak. Aku akan baik-baik saja. Aku siap dengan segala kabar buruk. Pak, rasanya aku ingin pulang ingin memeluk tubuhmu yang kurus, ingin menyentuh kulit mu yang kasar.
Bapak, sehat terus yaa aku jauh tak bisa jagain bapak. Tak bisa masak buat bapak. Tak bisa ambilkan air putih buat bapak. Tak bisa juga bayari obat Bapak. Aku merasa tak berguna pak tak bisa apa-apa. aku marah pada diriku sendiri Pak.
Pak kumohon jaga jantung mu terus berdetak untuk ku yaa, sebentar lagi pahompu panggoaran bapak lahir. Bapak pasti bahagia kan? Bapak gak boleh banyak pikiran, aku siap mendengarkan semua keluh kesahmu pak berbagilah resahmu dengan ku.
Teriring salam dan doa,
Putri bungsumu
Komentar
Posting Komentar