kaum miskin urban yang lapar eksistensi!

Kemaren seorang kawan sibuk mencari jam baru dengan harga sedikit mahal, mau iphone baru padahal dia sudah punya smartphone  samsung keluaran beberapa bulan yang lalu, dia juga punya samsung galaxy tab terbary. Belum terlalu ketinggalan zaman lah, lalu dia pengen sepatu baru gak mau beli di toko sepatu yang kurang terkenal apalagi di pinggir jalan.

Ahh, dasar kaum miskin urban. Kataku dalam hati.

Katanya dia akan ada reunian kampus, dia gak mau tampil malu-malu in. Dia harus tampil layaknya esmud. Orang sukses di usia muda!. Walau itu harus menghabiskan gaji 3 bulannya dia gak peduli.yang penting dia berhasil membangun citra "esmud" di tengah-tengah kaum miskin urban yang lapar eksistensi.

"Kalo yang ini bagus?" Katanya sambil menyodorkab katalog.
Aku melirik agak malas, Bagus sih tapi harganya bisa bayarin kontrakan aku 6 bulan.

***
Di dunia yang hingar bingar ini, kita kelaparan. Lapar eksistensi, lapar pengakuan, lapar hormat, lapar pujian. Bahkan kita juga lapar secara harafiah. Lapar perut. Kita seringkali mengorbankan kampung tengah (re:perut) demi memenuhi lapar yang lain.

Kita rela makan murah dan kelaparan selama seminggu demi bisa makan satu kali makan malam pada weekend di cafe mahal, memesan makanan mahal dengan porsi kecil yang tak membuatmu kenyang. Kecuali kenyang oleh like diinstagram, kenyang dengan love saat cek in di path, kenyang pujian sementara hidup mu tidak seindah di sosmed. Kita penuh kepalsuan! Entah karena sosmed, atau karena diri mu sendiri yang gagal kau kendalikan. Demi mendapatkan yang namanya pengakuan!

***
Hp ku bergetar, lalu undangan mitapmitap ala anak muda, kaum miskin urban kota jakarta pun masuk.
Aku merenung sekian lama untuk mengiyakan pertemuan tersebut, pertemuan dengan kawan lama. Yang harus nya membuatku kegirangan lalu melompat untuk segera mandi.

Sepersekian menit kemudian, aku membongkar baju. Pake Baju apa?  pake sepatu apa?. Masalah lainnya datang rambut aku yang sudah mengembang ini mau diapaainn?

Temanku sibuk dengan perkaraperkara nya saat harus bertemu teman lama atau istilah lainnya reunian. Aku sibuk dengan rambut ku. Ahh... kita sama saja! Terlalu khawatir menunjukkan diri kita apa adanya? Aku harus mencatok rambutku 1 jam untuk mendapat predikat makin cantik dari orang-orang. mereka tidak tahu dibalik rambut indah bervolume dan ikaikal centil ada perjuangan berjam-jam. Dan aku pasti lebih memilih tidak hadir dengan rambut singa seperti bangun tidur.

Ternyata bertemu orang secara nyata itu lebih merepotkan. Karena kau harus mewujudnyatakan apa yang kau bangun di sosmed. Hahhaaa


Jadi masihkah kau memujiku dengan predikat cantik dengan rambut singa seperti ini?.  Yang bahkan aku sendiri tidak siap ketemu tukang cilok saat tetdengar bunyi tok tok tok di jalanan depan rumah.


Lalu kau siapkah engkau, menyambutku di pagi hari dengan mulut berjelaga dan nafas naga. Tetap tersenyum  dan menyapa selamat pagi dengan kecupan di kening bahkan saat rambutku berdiri mengombak dan mengembang tak karu-karuan.

Aku mencari orang sepertimu, yang bersamamu aku tidak perlu menjadi orang lain. Yang bersamamu aku tidak perlu mencari-cari pengakuan. Yang bersama mu kau mencintaiku 24 jam dalam sehari 365 hari dalam setahun. Tidak peduli siang atau malam,  hujan, terik tau badai, saat tidur atau bangun. Kalau kau siap dengan rambutku ini, simpel ajaaa... nikah lah kita yokk.. hahahaha



Ditulis saat 1/2 saklek dari bangun kesiangan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG

Analisis Slumdog Millionaire