Tentang Kegagalan (gagal CPNS)
Saya akan berusaha menulis ini dengan jujur, karena gue cuma bisa jujur ke diri sendiri dalam tulisan gue.
Saya menulis ini dengan hati yang yang patah. sedih kecewa dan marah kepada diri sendiri. Beberapa bulan yang lalu saya mencoba mengikuti sebuah ujian test masuk PNS dan saya GAGAL. Saya sudah belajar sebaik mungkin, membagi aktivitas kerja gue sebaik mungkin, meluangkan waktu gue, kurang tidur tapi hasilnya saya masih gagal.
Saya lagi-lagi mencari-cari kesalahan saya atas semua kegagalan ini. Seandainya saya tidak naik gunung ke curug di kaki gunung salak, bukan malah pegel-pegel sehabis naik gunung. Seandainya saya bisa konsisten belajar 2 jam setiap malam. Seandainya kantor saya punya jam kerja yang manusiawi, bukan malah pulang jam 8 malam tiap hari lalu ketiduran karena kelelahan, Seandainya pada saat akhir bulan saya tidak sibuk mengurusi kerjaan full seminggu sampai tengah malam lalu jatuh sakit. Seandainya saya tidak terpilih menjadi peserta training dari kantor saya selama satu bulan. Saya menyalahkan diri sendiri yang tidak memakai waktu maksimal untuk belajar, saya menyalahkan keadaan. Saya menyalahkan seluruh semesta yang rasa-rasanya tidak mendukung saya untuk belajar fokus dan lulus.
Saya benci EP, tidak! dia orang baik dan selalu menolong saya, dia tidak pernah berbuat jahat dan merugikan saya, dia benar-benar orang baik.
Saya benci EP karena semesta selalu berpihak kepadanya, dari awal dia punya pacar yang selalu siaga mempersiapkan apa yang dia perlu, mencarikan berbagai informasi, memilihkan formasi dan banyak lagi. Saya? saya memilah dan menyeleksi sendiri, saya tidak ada orang yang bisa saya ajak untuk diskusi, saya mencuri-curi waktu untuk bisa membaca, mencerna banyak hal di sela-sela jam kerja saya yang padat. EP punya jam kerja yang sangat enak, dia mulai kerja dari jam 9 pagi dan sudah dirumah lagi jam 5 sore? saya, saya selalu berkutat dengan lemburan, saya tidak bisa tenang bahkan hingga malam, saya seperti call center 24 jam yang harus selalu siap ditanyai kapan pun. kerjaan saya makin padat karena ada beberapa staff saya yg resign dan ada staff baru yang saya harus trainingkan.
Saya benci EP karena akhirnya dia lulus SKD peringkat 3 sementara saya cuma peringkat 4 dan tidak lanjut SKB. Saya benci EP karena dia lulus peringkat 1 SKB kemaren. Saya benci karena kenapa semua timeline hidupnya sesuai target dan keinginannya. Sementara saya disini tertatih-tatih menyusun rencana hidup yang berantakan dan tidak jelas juntrungannya kemana.
Saya awalnya tidak minat PNS, bahkan tahun-tahun sebelumnya saya sudah berhenti mencoba. Tapi tahun lalu Ibu saya sakit, saya jauh di Jakarta, Kakak saya dikalimantan Abang saya di Batam. Lalu saya kepikiran kalo kami semua jauh siapa yang rawat Ibu-Bapak kalau sakit? Saya ingin menghabiskan tahun-tahun selama masih ada untuk menemani orang tua saya. Saya akan melepaskan kehidupan yang gemerlapan di kota ini lalu pulang kampung, menjadi PNS karena saya tidak bisa bertani tapi saya tetap butuh penghasilan. Saya bahagia, tiba-tiba punya semangat rasanya hidup saya punya tujuan.
Tapi kepingan semangat yang saya kumpulkan akhirnya hancur lagi, Semesta saya porak poranda. Saya masih harus disini kembali di kota ini, rasanya sudah mati rasa. Pekerjaan saya saat ini penghasilannya lebih besar ketimbang saya harus PNS dikampung, Tapi tekanan dan jam kerja saya kadang membuat gila itulah sebabnya saya sering melarikan diri, ke gunung, ke hutan, ke pantai.
Saya benci EP, Saya iri dengan hidupnya tahun depan dia akan menikah sekaligus jadi PNS, semua sesuai dengan cita-cita yang dia inginkan menjadi ibu-ibu PNS biar punya banyak libur, waktu senggang, bisa mengurus anak, pengahsilan stabil masa tua terjamin. Sementara saya masih akan ditanya-tanya kapan nikah? mana pacarnya? kerja apa sekarang? dstnya. Saya sering diremehkan, Pekerjaan saya kek gak dianggap oleh orang-orang dilingkungan saya.
Saya benci EP, tapi saya selalu mendoakan semoga dia bahagia, semoga sukses dengan pilihannya. saya benci EP, saya tidak ingin bertemu atau berbicara dengannya. Karena dia hanya dan akan selalu berbicara tentang hidupnya, mimpi-mimpinya dan keberhasilannya. Saya benci EP saya tidak tahan dengan kegagalan yang saya alami
Saya sering dihibur, masih ada tahun depan dan tahun-tahun berikutnya untuk coba PNS tapi itu artinya saya akan membuang satu tahun lagi dihidup saya untuk bertahan di tempat ini. Waktu terus berjalan.
Saya selalu punya mimpi dulu, Tapi hidup memang tidak selalu memihak kepada mimpi yang sempurna bukan?.
Komentar
Posting Komentar