Backpakeran Papandayan (Jakarta - Garut) ala eltor

R
10 Desember 2016

Semuanya bermula dari suatu ketika aku kurang piknik, dan berada pada fase lagi jenuh-jenuhnya sama kerjaan. Bukan cuma cintaku sama abang aja yang bisa jenuh hingga merasa depresi, aku merasa stress dan kemudian aku butuh piknik. Aku mencari-cari partner yang bisa di ajak Travelling tapi di zaman yang serba susah dan sibuk ini, sangat susah  untuk menemukan teman dan menentukan jadwal. Finally.... aku mau solo Traveller, Sound happy? Ehh tiba-tiba kepengen solo hiking lebih seru kayaknya. Lalu aku googling Gunung yang ramah buat pendaki pemula, dan keindahan alam tiada tara.

Fyi : aku Belum pernah camp di puncak gunung. Now? Tiba-tiba aku pengen naik gunung sendirian di wilayah yang belum aku kenal. New place, New mountain and Iam solo fighter. Sound pity :(. menemukan diri sendiri bersama gunung sepertinya menyenangkan semacam me time gitu dehh.
Temen Es-Deh gue :)), dan masih awet tanpa pengawet hingga sekarang

Melalui hasil googling sana-sini, melalui pertimbangan biaya (ini yang paling penting bagi orang susah kayak gue)  dan estimasi waktu  terpilihlah Gunung Papandayan – Garut. One day aku mit-ap sama seorang teman masa kecil teman eSDeh puluhan tahun silam, dalam pembicaraan ngalor-ngilur dengannya, tiba-tiba dia tergoda untuk ikut saya. Tapi dia ragu, Masa kita berdua doang? Cewek lagi? Ntar kalo kita hilang gimana? Kalo kita dimakan hewan buas gimana? Kalo kita pingsan di atas gunung gimana? Kalo kita mati, yang kubur siapaaa? *halahhhh...

Melalui diplomasi yang amat canggih, akhirnya dia berhasil merekrut orang-orang yang bersedia sehidup-semati dengan saya sebagai pemimpinnya? Lhaa... iyaa, perjalanan mereka percayakan sepenuhnya kepada saya, padahal saya juga gak tahu apa-apa. Terbentuklah Grup WA yang isinya adalah orang-orang yang pasrah dengan ke-nekat-an saya, kami diskusi kan semua persiapan by group, gak pernah ketemu hingga hari keberangkatan dari kampung rambutan. Jadilah kami kenal face to screen hingga hari H. Dimana gue telat satu jam karena jadwal kereta yang suka ngaco, pas gue muncul mereka pasti kecewa “jadi ini yang bakalan mimpin kita naik gunung? Perempuan kecil kurus ini?”. Ohhh My goddddddd. ohh tidakkk!!, mereka menatap ku antara kesal karena udah nunggu satu jam atau kecewa sosok wanita yang muncul tidak sesusai ekspektasi mereka.
And Here we goooo....
**
Di kepala gue masih tercatat tanggal 10 Desember pagi hari dikala mentari bersinar dengan begitu anggun *cuihhh* kami berangkat Dari KP rambutan dengan naik BIS Primajasa menuju terminal guntur garut, dengan ongkos 50ribu rupiah. Kami berangkat jam 7 pagi harusnya berdasarkan estimasi waktu dari itinerary yang sudah aku susun sebelumnya kami tiba pukul 11 di garut. Berhubung itu adalah long weekend sehingga arus lalu lintas Macet parah sama kayak arus menuju hati kamu bang. Kami tiba pukul 16.00 di terminal garut, muka-muka O'on  gitu, entah karena laper dan pusing diperjanan atau kami merasa asing dan terasing di tanah yang baru saja kami pijak.

FYI : buat kalian yang gak punya perlengkapan buat mendaki atau alat-alat camping, kalian bisa pesan di Asyakur. Infonya disini Harga cukup murah dan semua barang seperti tenda, sleeping bag, senter hingga peralatan masak semuanya lengkap.

Team kami sendiri berjumlah 6 orang, sewa 2 tenda kapasitas 8 orang dan 1 orang (karena ada 1 cowok, dan yang lain merasa gak enakan kalo harus tidur 1 tenda padahal tendanya cukup luas) bukannya kami tidak mau berbagi kehangatan dengan blio tapi kurang etis bagi budaya timur.  huehuehue Kasiaannn. Di camp Asyakur kami menyusun barang-barang, sembari mengganti ransel bawaan dari jakarta dengan tas carrier, Barang-barang yang sekiranya gak diperlukan di tinggal di camp. Pas teman aku ngeluarin belanjaan gue nyaris pingsan, Kita mendaki cuma  2 hari  satu malam tapi beli persediaan makanan berasa untuk satu bulan atau mau bikin arisan di puncak gunung. pas liat struk belanjanya aku Cuma tahan nafassss. mihilllllll bingitttt

Dari terminal Guntur Garut, kita harus naik angkot ke perempatan Cisurupan biayanya 20ribu per orang, dari Perempatan Cisurupan kita naik Pick UP dan emang Cuma Pick Up  atau Ojek pilihan transportasi menuju Camp David. (disini gak ada mobil unyu-unyu berupa Go Car atau Grab car gaess). Rencana awal, jam 17.00 kami udah harus start pendakian biar lebih aman dan bisa mendirikan tenda di pondok saladah jam 20.00. Apalah daya, Manusia hanya bisa berencana, Tuhan lah yang menentukan. Hiks!. Jam 19.00 kami masih nego-nego harga di simpang Cisurupan. (disini harus pintar-pintar nawar kalo gak rugi kau bang! dipalak ongkos mahal). Akhirnya kami deal bayar 25rb normalnya sih 20rb tapi karena yang diantar Cuma kami ber-enam kecuali kami masih mau menunggu lama hingga Fajar menyingsing menunggu rombongan pendaki berikutnya. Kayaknya kami udah pendaki terkhir untuk malam ini. Kami tiba di Camp David pukul 20.00 lebih lahh, terus bayar tiket masuk per-orang 60ribu. Setelah daftar (fc KTP dititip di satpam), cek in barang briefeing singkat kami dilema.
“kita naik gak nih?, udah malam banget”
“apa kita nginep disini aja?, besok pagi baru naik?”
“yahh, kita harus NAIK malam ini juga?” gue kalap. Lhaa.. udah capek-capek sejauh ini, udah bawa perlengkapan kemah sedemikian berat percuma dong. Lhaaaa... aku kesini mau ngerasain udara gunung, mau tidur beratapkan bintang-bintang (cielahh), mau liat sun rise besok pagi, mau liat galaxy bima sakti entar malam. Masa mau berenti di camp David sih. Beneran aku gak mauuuuuuuu. Aku tahu kalo mendaki malam-malam itu gak safety, tapi ini Papandayan gunung paling bersahabat. Aku percaya alam semesta akan menjagai perjalanan kami.
“kita naik yaa, kita pelan-pelan dakinya kita pelan-pelan cari jalur pendakiannya, kita pelan-pelan lihat petunjuknya. Kita coba dulu, pokoknya usaha dulu. Sekiranya kita gak kuat buat lanjut kita diriin tenda ditengah perjalanan aja. gak nyampe pondok saladah gapapa. Kita gak tahu kita bisa apa engga kalo belum dicoba. Sekarang kita siap-siap, yang mau ke toilet yang mau pake kaus kaki sarung tangan silahkan. Jam 22.00 kita START.” Aku berusaha ngeyakinin team gue diantara ketidakyakinan diri aku sendiri sebenarnya.
“serius mau naik sekarang?” kata satpamnya
“iya Pak, emang jalurmya susah? Engga kan?” (Aku sok tahu banget, padahal modal google).
“engga sih, kalo yag udah pernah naik kesini mah gapapa. Udah pernah ke papandayan?” kata Bapak Satpam
“eng... ing... aaa” aku cuma ketawa cengengesan. Semua Team natap gue horror.
Yang paling depan siapa? Semua nunjuk aku. Mau nolak gak enak juga yee kan yang paling ngotot naik mah aku :D. Atur posisi di depan, di tengah dan paling belakang saling care sesama team, sekiranya gak kuat bilang berenti, gak boleh ada team yang ditinggal. Apapun kondisinya kita harus sama-sama dari awal hingga akhir. Seriussss!!! Ini pertamakalinya Naik gunung, dan harus memimpin team pulaaa. Kagok dahh :P.

**
Jam 23.40 kami sampai di Pondok saladah, hampir jam nol nol pemirsah!. Pondok saladah  adalah tempat mendirikan tenda, Lapangan itu sudah penuh dengan warna-warni tenda mungkin karena ini long weekend dan banyak orang yang menghabiskan waktu di gunung.

Dengan pertolongan Tuhan, ternyata kami bukan pendaki satu-satunya yang naik malam itu, di perjalanan naik kami masih  bertemu banyak orang sepanjang jalan lalu kami berbaur bersama mereka bersama-sama mencari jalur yang harus dilalui. Malam itu memang gelap dan tanpa bintang karena cuaca juga sedang mendung malah sempat gerimis ringan juga jadilah pendakian kami hanya ditemani lampu senter dan lampu emergency tanpa sinar rembulan yang temaram. gagal mencipta puisi dehh
makan ransum ala TNI

Saya gak perlu menceritakan gimana capeknya, karena kalian juga pasti udah tahu mendaki gunung itu udah pasti capek, biarpun dikata ini jalur pendakiannya landai tetap aja ngos-ngosan apalagi buat kaum urban yang kebanyakan di balik komputer. Tapi gitu-gitu aku berterimakasih lah sama tubuh kurus yang kuat ini dan semua team saya, saya melihat banyak anggota team lain yang “keok” di perjalanan, kaki kram, perut kram dan sebagainya. Team saya Cuma ngos-ngosan dan nanya pertanyaan yang sama tiap 5 menit, “masih jauh?” tapi semua kuat-kuat juga, kalau minta istirahat terlalu banyak, ayok kita jalan yuuuk, dikit lagi nyampe kok. Padahal mah ZONK.

FYI : menuju pondok saladah, banyak didirikan pos-pos (lupa sih ada berapa pos, berhubung sudah malam saya gak hitung dan baca tiap pos), disana kita bisa beristirahat ataupun beli air minum kemasan, kalo mau yang gratis mah yang disediakan alam. dan disetiap POS jaga ada bapak-bapak penjaga yang baik hati. bisa pesan kopi hangat pulaa. kurang paten apa lagi ini gunung?.

PS : kalo mendaki malam, head lamp saja tidak cukup karena kita melewati sungai yang airnya lumayan deras juga. Untungnya waktu itu saya bawa lampu emergency (hasil minjam secara diam-diam dari kantor, tapi langsung dipulangin kok. gak lecet apalagi hilang. Peace pak Boss )  besar dan itu sangat menolong kami sepanjang jalan.

Sesampai di podok saladah, masalah berikutnya muncul. “bagaimana cara mendirikan tenda???” kami gakk tahu sama sekali. Untuknya Babang penjaga pos Saladah yang kekar dan baik hati pula tjakep menolong kami.
“mau buka lapak dimana” kata si babangnya
“bagusnya dimana  Mas, terserah deh aku gak ngerti” aku malah balik nanya
Akhirnya si babangnya membantu kami mulai dari bongkar tenda sampe tendanya berdiri hingga pasang matras-matrasnya sekalian sungguh blio pria yang baik hati idaman mertua, udah punya pacar belum Mas? Etdahhh modus muluu.   Entah dia memasang tenda dengan hati dongkol karena ketemu pendaki O'on tapi sepertinya sih babangnya riang gembira tenda kami berdiri kokoh dan gagah dengan pertimbangan tekanan angin dan pohon-pohon yang menghalangi angin dan sebagainya kata babangnya.

Serius!!! pondok saladah berasa tidak di gunung, fasilitasnya lengkap banget kayak di mall, air gunung yang melimpah ruah, Toilet yang banyak dan bersih bahkan ada warung lho bayangkan bisa pesan nasi goreng pulaa.

Ini Pertama kalinya aku ngerasain udara gunung, dingin mengoyak-ngoyak tulang (hiperbolis abiss) tapi masih lebih dingin sikap mantan kok, pake baju tebal dan jaket berlapis-lapis sembunyi di dalam sleeping bag tetap ajaa D I N G I N luar biasa.  You knowlah air gunung gimana? Dingin, segar, sejuk dan bening.

Ohh iya, hampir gue kelewat sama adegan lucu... jadi sesampai di pondok saladah aku ke toilet buka celana dan aku tiba-tiba jerit histerisss AAAAAAAAAAAAAAAAA..... cowok yang lagi nyuci peralatan masak di luar sampe terkaget-kaget dengan teriakan aku yang melengking (bukan-engga-gue gak ketemu hewan buas kok). Waktu di camp david sehabis dari toilet aku gak liat-liat jalan dan GEDEBUKKK aku jatuh kedalam lobang, yang dalam banget hampir 2 meter paha aku terbentur semen di pinggiran lobang.waktu itu  gue ngerasain sakit sih dan sempat jalan terpincang-pincang, pas ditanya “kenapa?” Aku bilangnya “gapapa kok gapapa suerrr!!!”. Selama mendaki juga aku ngerasa gak nyaman, sempat terpikir mungkin itu pertanda buruk. Tapi aku tepis jauh-jauh. Sekali lagi, aku bersyukur Tuhan menganugerahi aku kekuatan yang luar biasa. Luka akibat jatuh di paha gue lumayan lebar semacam tergores gitu, dan paha gue juga  biru lebam ditekan dikit aja sakit ditambah aku pake celana jeans selama pendakian jadilah   sakitnya berkali-kali lipat. Di tenda aku bersihin lukanya pake alkohol, menetesi obat merah dan membalutnya dengan kapas, gue harus settrong menyambut besok, harus bangun subuh demi melihat sun rise di hutan mati dan harus sampai tegal alun gadak yang bisa menghentikan langkah gue gak ada. Prinsip nya gitu!.

Pagi-pagi jam 3 gue bangun, gue gangguin yang disebelah gue masih nyenyak aja, gue pasang kuping pondok saladah senyap, serasa gak ada kehidupan. Apa Cuma gue yang bercita-cita lihat sun rise? Gak mungkin banget kan?. Finally gue intip keluar dan ZONK!!! gerimis lagi, pantesan semua umat lebih milih tidur di tenda. gak ada sun rise hari ini!. Akhirnya kami bangun jam 7 pagi, males bangun pagi di kosan di bawa-bawa ke gunung.  Siap-siap sarapan dan yang paling begonya kami gulung tenda, ehh ternyata yang bener tendanya ditinggal dulu karena menuju tegal alun treknya cukup berat ada jalur mamang dimana dengkul sama  mulut hampir ciuman, jadi ke tegal alun cukup bawa barang penting aja dan bawa badan. Tongsis jangan lupa tongsis kita kan ketemu hamparan edelweis yang luas :D
Thanks God for your magical creations.



berasaa jadi tarzan kan? Aaaauuuuoooo

I love mountain :*

**
TEGAL ALUN – PAPANDAYAN
Aku lari-lari, lompat-lompat, nari-nari  diantara edelweis saking senangnya. SERIUS!!! Ini pertamakalinya buat gue bisa mencium edelweis, dan di depan mata gue ada edelweis yang luuuuuuaaaaas banget. Ini mimpi aku sekian tahun pengen naik gunung dan mencium edelweis dan hari ini terwujud. Maka nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan?.

Menuju Tegal alun ada sedikit drama juga, salah satu temen aku hampir nyerah. Dia udah capek banget kali yaa, Istirahatnya masih kurang lamaaa. Sesampai di Hutan mati dengan pesona mistis dan angkernya sekaligus indah dan eksotis. Temen aku bilang kita sampai sini saja gak usah naik lagi. Aku bilang dikit lagii kok tanggung amat. 
Setelah perjalanan penuh drama dari Jakarta-Garut, setelah semua yang kita lalui semalaman masa kita berenti disini? Ayoklahh... tanggung dikit lagiii. Setelah membujuk-bujuk dan mencoba meyakinkan akhirnya temen aku setuju buat lanjut sampai titik darah penghabisan puncak Tegal Alun. 
Tapi banyakan istirahatnya :D. Apalagi di jalur mamang jalur paling ekstrem, aku juga udah capeekkk bangetttt, kaki juga udah mulai kayak gemetaran tapi kalo aku nunjukin aku capek siapa lagi yang nyemangatin mereka *cielahhhh* maka demi menyemangati pendakian aku harus pura-pura kuat untung aku makannya banyak karena pura-pura kuat itu butuh banyak energi :D.

Tiap kali ketemu sama rangorang yang udah turun dan bertanya
“masih jauh”
“engga kok, deket lagi... 10 menit nyampe. Semangat!”
Apakah waktu sudah berhenti? karena setelah ber-jam-jam tidak nyampe jugaaa? Ohh gustiii.

Dan Cuma di papandayan lo nemuin ada tukang tahu bulat di ketinggan dua ribu sekian MDPL lahh yaa... di hutan mati, ada bapak-bapak penjual tahu bulat, beli bukan karena lagi kepengen makan tahu bulat tapi lebih karena aku ngebayangin usaha si bapak ini mencari rejeki hingga sejauh ini. LUAR BIASA!!!

Tapi apa yang kalian akan lihat di tegal alun, sesuailah dengan harga yang sudah dibayar. Tegal alun itu indah luar biasa, diatas ada danau juga. Dan mari kita foto sebanyak-banyaknya. :).


small & white, clean & bright. you lokk happy to meet me

**
Turun dari Tegal alun kita  ke Pondok Saladah, ambil peralatan. Makan siang berberes-beres dan siap-siap pulang. 
Perlu dicatat makan pagi, makan siang dan makan malam yang kami maksud di gunung adalah makan mie ber-cup-cup.
Jalur menuju pulang  berbeda dengan jalur naiknya, jadi kita memilih jalur tercepat dan melewati hutan mati. hutan mati adalah hutan bekas letusan merapi dimana sisa pohon yang masih bertahan berdiri kokoh tapi daunnya sudah habis. jadi kesannya angker, mistis dan eksotis gitu dehh.
Hutan mati itu ibarat kisah romansa, kamu jatuh cinta sama seseorang terus dia menghancurkan hatimu tapi kamu masih bertahan untuk mencintainya seberapapun dia mencoba menghancurkan mu dan kamu selalu ada disana. itulah Cinta Sejati. *halahh
Hutan mati ini sebenarnya tempat yang paling pas buat lihat sunrise 💕


 selfi.. lagi... lagi selfi :)

kapan kita naik gunung bang? capek adek sendiri mulu

My pride team :*


angker dan mistis bukan? kayak cintaku yang penuh rahasia :D

Bertemu teman di gunung dengan bertemu teman di cafe atau mall itu berbeda, disini kita saling menjaga, saling peduli dan saling melindungi. Disini tidak ada yang egois dan semua orang yang kami temui adalah teman, tak peduli apa suku, agama dan usianya kami saling membantu, saling menguatkan, saling bercanda dikala lelah, saling berbagi makanan, berbagi kehangatan, tidak ada kata mereka semua adalah tentang KITA. Disini semua isu politik lenyap. Sungguh inilah kehidupan yang ideal.

pokoknya kalo naik gunung jangan lupa bawa jas hujan! cuaca tidak bisa ditebak. bisa hujan tiba-tiba.


Udah kayak Alien yang baru mendarat di Bumi 
Disini aku menghargai makanan, apapun makananya, apapun cemilannya semua terasa nikmat luar biasa. Kopi pahit juga terasa lebih menggoda dan mengagumkan, mencium aroma kopi dari gelas plastik jauh lebih harum dari kopi yang biasa aku beli di gelas unyu-unyu dengan harga 70K lebih. 

Sesampai di terminal garut sudah sore dan kami mampir buat makan engga tahu kenapa ayam bakar yang disajikan terasa lebih nikmat, habis tak bersisa hingga ke sambal dan tempe-tempenya.
Dengan ini juga aku putuskan aku jatuh cinta (lagi) dengan gunung, dan masih harus akan kembali lagi naik gunung. Engga tahu gunung mana lagi? Tapi harus!, karena kalau aku sudah jatuh cinta aku pasti akan kembali lagi. Sama kayak cintaku sama abang.
dan ini adalah "our hero" yang kami temukan di ketinggian 2665 MDPL, yang cari-in lapak hingga diri-in tenda dengan riang gembira. yang nunjukin arah dan menuntun jalan kami dan yang bawain tas menuju tegal alun karen masing-masing dari kami sudah terkapar tak berdaya. makasih yaa MasBro :) God Bless You lah pokoknya

dan jangan kapok traveling bareng gue lagi yaa temans :D lets enjoy our life.

Kami tiba di KP.Rambutan sekitar pukul 02.00 dini hari tanggal 12 Desember, sudah tidak ada KRL dan busway jam segitu pilihan balik ke tangerang adalah naik taksi. berhubung saya adalah backpaker gembel maka jadilah saya ngemperr di terminal Kp.Rambutan hingga jam 05 pagi hingga bus warga baru jurusan kalideres jalan. wkwkkw gue lebih ngorbanin waktu daripada bayar ongkos 10 kali lipat. 

FYI : Terminal Kp. Rambutan biarpun rada-rada angker di luar, abang-abang terminal nya rada horror. kamu masuk deh kedalam di rest area cukup bersih dan nyaman buat istirahat bisa pesan kopi atau makanan juga. jangan takut disana gak sepi kok banyak juga yang tiduran ngemper di terminal dari bapak-bapak, ibu-ibu hingga anak-anak. 

Kalau kamu merasa hari-hari ini adalah hari yang jahat, percaya dehh manusia baik di bumi belum habis jadi jangan takut bepergian karena kamu merasa sendirian. You never walk alone...

NOTE :
Rincian biaya:
Ongkos PP : @100.000,-
Ongkos angkot menuju simapang cisurupan PP : @40.000,-
Ongkos pick Up menuju camp david : @Rp.40,000,-
Tiket masuk : @50.000,-
Share cost sewa peralatan : @30.000,-
Share cost beli makanan & cemilan : @20.000,-
Biaya yang kami keluarkan selama perjalanan adalah : Rp280.000,-

Yang perlu disiapkan untuk naik gunung adalah
Individu :
  • Tas DayPack / Carrier (minamal 40 liter) : Untuk membungkus semua perlengkapan anda.
  • Jaket Tebal (Jaket Gunung) : Celana Training dan atau Celana Kargo
  • Sepatu Gunung / Sandal Gunung
  • Obat-obatan pribadi :
  • Jas Hujan :
  • Kaus Kaki Tebal dan Sarung Tangan
  • Pakaian ganti : untuk mengganti pakaian anda yang basah karena hujan ataupun keringat.
  • Lampu Senter / Head lamp : Untuk peralatan khusus anda saat mendaki di malam hari. Tetap ingat, di gunung tidak ada listrik!
  • Masker : Jika trek berdebu, anda dianjurkan membawa masker ini. 
  • Matras dan Sleeping Bag. Untuk peralatan pribadi anda saat tidur di tenda. Sleeping bag diperlukan agar badan anda tetap hangat dan tidak kedinginan saat tidur.
  • Air dan Makanan (Opsi; Biasanya disediakan bersama oleh tim)
  • KTP : untuk keperluan simaksi
Group
  • Tenda Camping : dengan kapasitas tenda tergantung dari berapa banyak jumlah orang dalam tim anda. 
  • Peralatan Memasak dan Logistik : Nesting, Kompor Gunung, dan lainnya
  • Pisau
  • Obat - Obatan seperti, Obat untuk luka, obat nyeri sendi, suplemen.
  • Peralatan Navigasi seperti kompas
  • Trash Bag untuk kantung sampah. Ingat jangan buang sampah apapun di gunung!
  • LILIN
Itinireray perjalanan jakarta-garut-papandayan nyusull yaa :D



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG

Analisis Slumdog Millionaire