Birokrasi Di Indonesia Sibuk Mencari Pencitraan

Tema : Gerakan Mahasiswa Pembawa Perubahan
Birokrasi Di Indonesia Sibuk Mencari Pencitraan

            Koran atau majalah dibakar sebagai bagian dari “ritual” suatu demonstrasi massa. Atau sebaliknya, ada Koran yang dikenal hanya sebagai penyaji sensasi berita criminal dan artis, tiba-tiba dicari oleh khalayak hanya karena memuat berita politik. Indeks politik umumnya hanya bertumpu kepada hubungan antara media pers dengan kekuasaan Negara. Padahal lebih luas dari itu, penggunaan pers dalam masyarakat dapat dijadikan indikator sosial.
            Bagi pedagang, pembeli adalah raja. Dalam politik, rakyat sebagai raja, setidaknya dua kali dalam rentang lima tahun. Kontestan dari 2 pemilu akan bertarung merebut hati pemilih. Pertama saat pemilu legislatif, suaranya begitu di dambakan oleh partai politik (parpol) yang mengejar kursi parlemen . kedua, dalam pemilihan presiden secara langsung. Begitulah pertarungan antar kontestan pada hakikatnya untuk mendapatkan simpati rakyat.
            Sebagai raja tentulah sang rakyat alias khalayak akan dimanjakan, tentunya khalayak juga kan mendapatkan sembako, kaus, dan segala macam pernik cenderamata. Selain itu yang tidak kalah gencarnya adalah hamburan kata-kata, baik eksplisit maupun implicit, mengenai kebaikan, kehebatan, dan segala yang luhur dari calon yang mengharap suara pemilih. Barang dan kata akan menjadi materi kampanye.
            Inilah realitas di ruang publik yang terjadi, media dilihat dalam tarik menarik antara masyrakat dan Negara. Kita ingin melihat lebih dekat lagi bagaimana media jurnalisme memberitakan isu publik. Dan bagaimana para aktor politik memanfaatkan media secara sepihak.
            Nahh…. Dimana peran gerakan mahasiswa dalam membawa perubahan? Sejarah gerakan mahasiswa Indonesia tidak berbeda dengan sejarah gerakan mahasiswa lainnya diberbagai belahan dunia manapun. Gerakan mahasiswa yang didominasi oleh pemuda yang memang memiliki watak muda menginginkan adanya suatu perubahan yang cukup signifikan dalam suatu pemerintahan rezim yang berkuasa. Dan hampir seluruh gerakan mahasiswa yang ada di belahan dunia manapun tidaklah dilakukan secara matang tapi lebih dikarenakan adanya suatu momentum.
Zaman pra kemerdekaan, gerakan mahasiswa ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi modern pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Di mana pada masa pemerintahan kolonial, tenaga-tenaga rakyat Indonesia dihisap dan dipaksa bekerja tanpa ampun dengan sistem penjajahan yang memaksa bangsa Indonesia menjadi budak di negerinya sendiri. Maka tentu akan sangat berbeda jika kita melihat pergerakan mahasiswa sekarang ini dizaman pasca kemerdekaan. Indonesia telah 67 tahun merdeka dari penjajah asing. Tapi melihat kondisi yang ada sekarang ini pendidikan dan kesehatan yang belum mampu diperoleh masyarakat secara bebas sebagai akibat dari kemiskinan, kondisi Indonesi tidak lebih parah baik dibandingkan masa penjajahan.

Ini adalah momentum yang ada saat ini ketika ada ratusan anak yang menangis kelaparan, meninggalakan bangku sekolah untuk mencari recehan di lampu merah. Rakyat menjerit kelaparan sementara para wakil rakyat sibuk membahas milyaran anggaran di gedung-gedung beton bertingkat, merekalah maling-maling berdasi yang di puja-puja rakyatnya karena kebodohannya. Ini saatnya  gerakan mahasiswa hadir menjadi teladan dalam berbuat baik, dan berjalan di jalan keadilan ditengah-tengah jalan kebenaran. Gerakan mahasiswa hadir untuk menyuarakan aspirasi rakyat sebagai controlling roda pemerintahan. Gerakan mahasiswa harus mempunyai sifat kritisme dan rasionalitas dalam menghadapi realitas sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG

Analisis Slumdog Millionaire