Selamat Ulang Tahun wanita tanpa pensil alis
Teruntuk Kakakku Perawat di Liang Buah,
Selamat Ulang Tahun!
Selamat
Ulang tahun untuk seorang perempuan
hebat yang dilahirkan dari rahim ibuku 4 tahun sebelum aku di 26 July 1987,
sudah mendekati angka 30 yaa kak, cobaan mu pasti makin berat tahun ini dengan
pertanyaan-pertanyaan yang selalu menyebalkan “kapan menikah?”. Dengan
bisik-bisik tetangga yang mempertanyakan usiamu, dengan pembicaraan-pembicaraan
keluarga, mulai dari yang serius hingga berbalut candaan. Mungkin itu bagian
dari *kutukan* fase yang harus dilewati sepanjang hidup,
ketika sekolah ditanyakan kelulusan dan “lanjut kuliah dimana?”, lalu kita
bergumul dengan skripsi dan benci setengah mati jika ditanya “kapan sidang dan
wisuda?”, terlunta-lunta menjadi penganguran yang bau toga, kita dikejar-kejar
pertanyaan “kerja dimana?”, lalu setelahnya “kapan menikah?” kemudian “kapan
punya anak?”, anak kedua dan seterusnya- seterunya tidak ada habisnya. Tenang
saja kak, setelah kau resmi melepas masa lajangmu nanti aku akan menjadi target berikutnya.
Untungnya kau belum menikah jadi belum
ada yang mencecarku tidak mungkin mereka menyuruhku melangkahimu bukan?. Ohh
Tuhan, dalam kondisi sial menurut banyak orang aku masih saja bisa merasa
beruntung. Yahh, kita adalah kaum yang “telat kawin” menurut spanduk di posyandu tentang usia ideal
untuk menikah. *menurut aku sih engga*. Dan kita tingal ditengah hingar bingar
keluarga dan masyarakat yang phobia kelajangan.
Kalian mungkin tidak mengenal kakak ku, yailah kakakku emang bukan siapa-siapa. kakak ku bukan pemain sinetron yang episodenya gak abis-abis hingga kalian hafal mukak pemainnya, follow twitternya atau comment foto-foto di instagramnya “mampir yaa sit, baju import, harga murah atau peninggi pelangsing” Bagiku kakaku adalah wanita yang tetap cantik, meski ia tak pernah memoles wajahnya. dia hanya tahu pelembab, lipsglos dan bedak tabur (baby powder). Kakakku bahkan tidak bisa membedakan apalagi menggunakan atau fungsi foundation, maskara, eyeliner, eyeshadow, blush on. Terakhir aku pernah mengajarinya, sedikit ia tahu tapi lebih sering lupa namanya apa dan ia tetap ngotot tidak mau membeli itu semua. Wanita lain punya lipstik sekebon dengan warna yang mirip, dia mungkin adalah salah satu wanita yang gagal paham dengan alis yang di ukir simestris, apalagi jika harus disuruh memahami sulam alis dan sulam bibir.
Kakaku adalah seorang perawat yang mengabdi di sebuah dusun di kalimantan tengah, Liang Buah. Aku tidak tahu seberapa Dusun, Dusun tersebut. Tapi menurutku itu adalah dusun se-dusun dusunnya dusun yang pernah ku dengar. Disana tidak ada listrik, maka disana ponsel kehilangan fungsi lagi pula siapa yang butuh Ponsel di daerah yang tidak dijamah signal sama sekali kecuali kameranya kau bisa selfie dan mengabadikan exotisme nya lalu menguploadnya ke media sosial sesaat setelah engkau di kota.
Sekali sebulan kakaku akan keluar dari hutan (ini istilah saya), dia naik gunung (ini istilahnya dia). dia ke kota untuk membeli atau mempersiapkan obat-obatan dan keperluan lainnya untuk dibawa kembali masuk hutan . selama 5 hari setiap bulannya dia akan dikota, dia ketemu sinyal dia akan melakukan banyak hal; menelepon keluarga satu persatu, dia akan berselancar di social media. Dan yang pasti dia akan menelepon ku dia akan menceritakannya pengalamannya selama di “hutan” desa dan aku akan menunggu dengan tidak sabaran sebulan berikutnya, antara ingin pinjam uang atau aku rindu suara dan ceritanya. Semakin hari menurutku kakaku semakin mengagumkan.
Kakaku sering bercerita tentang pasien-pasien yang ditanganinya, dia lebih sering menceritakan bagian-bagian sedihnya secara mendetail. Dia pernah menceritakan Seorang ibu sekaligus seorang nenek bagi cucunya yang meninggal. Meninggal mungkin perkara biasa dan suatu keharusan mahluk hidup, tapi seseorang meninggal dunia di tangan mu tentu akan berbeda rasanya. Bagaimana waktu itu kakaku dengan gemetar mencari-cari denyut nadi ibu berumur 40 tahunan itu dan tak merasakan denyut kecil yang vital itu, bagaimana saat air matanya mengalir deras bak air sungai barito saat ia mengompresi dadanya dan berharap jantungnya berdetak kembali. Bibirnya yang gemetar ketika harus mengumumkan kepergiannya kepada orang-orang yang menunggu kepastian darinya. Bagimana masyarakat lokal sering mengguncang-guncang tubuhnya untuk melakukan sesuatu, “aku bukan Tuhan dek” seringkali ia terisak saat bercerita.
Suatu kali juga kakaku bercerita tentang pengalamannya mendampingi orang melahirkan, kakaku dihubungi setelah nyawanya sudah di leher sementara rumah sakit jaraknya sangatlah jauh. Orang dusun lebih mempercayakan nyawa, kesehatan dan kelahiran pada dukun. Maka tidak heran jika mereka baru mencari tenaga medis ketika semuanya nyaris terlambat. Bahkan ia pernah menceritakan tentang pasiennya, seorang perempuan muda yang “dipaksa” melahirkan oleh sang “dukun” padahal belum waktunya, sang dukun terus memaksa dan mendorong perut perempuan itu, saat kaka ku tiba perempuan itu nyaris kehabisan nafas, dia sudah lemas kehabisan tenaga. Kaka langsung menginstruksikan agar segera dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan mobil kepala sekolah setempat, sang dukun keberatan keluarga saling pandang-pandangan, rahang kakaku mengeras karena ini harus diambil tindakan. Akhirnya keluarga setuju dan berhasil diselamatkan setelah kakaku harus pontang panting lagi mengurus BPJS agar pembayaran tidak membengkak di rumah sakit. Sementara di tempat ku Ibu kawanku yang sedang terkena serangan Stroke parah di tolak rumah sakit, boro-boro ada perawat yang membantunya mencarikan solusi dan membantu mendaftarkan BPJS. Kau yang terbaik kak!. Seringkali kakak ku harus mengobati pasien bersama sang dukun dengan segala upacaranya baginya itu tak masalah selagi sang dukun tidak melarangnya menyuntik dan memberi obat kepada pasien, segala mantra yang terucap dari bibir dukun yang komat-kamit dan ritual sakral sang dukun dibiarkannya, selagi itu tidak menggangu pengobatan secara medis. kalau tidak bisa melebur dengan tradisi setempat kakak ku tidak akan punya kesempatan menyentuh pasien.
“kaka tidak risih dengan kalung yang digantungkan dilehermu, atau asseoris dan segala pernak-pernik aneh yang disuruh kau pake lalu mereka menari-nari mengusir setan?” tanyaku suatu kali.
“kalau aku tidak memakai atribut mereka, aku akan gagal menyelamatkan nyawa” katanya ringan.
Kakaku bilang segala seauatunya butuh kesabaran, butuh kesabaran untuk mengubah perilaku mereka agar sadar medis dan kesehatan. Jika aku melakukan perubahan secara ekstrem aku mungkin hanya bertahan 3 minggu disini lihatlah setelah 5 tahun disini, mereka memperlakukan aku menjadi bagian mereka, pelan-pelan aku belajar budaya dan bahasa mereka. Lihatlah sekarang mereka sudah mencari aku ketika ada yang melahirkan, mereka mengetok pintu rumah ku meminta obat, mereka datang kepadaku untuk bertanya bagaimana memasak makanan dengan benar. Mereka bilang masakan ku enak, padahal mereka hanya tidak tahu fungsi bawang merah, bawang putih cabe dan garam jika dipadukan dan digoreng akan mengahasilkan wangi yang semerbak dan cita rasa yang tinggi. Mereka makan hasil buruan mereka segera setelah di bakar api, entah itu matang atau tidak dan tidak di lumuri bumbu. Kau bisa bayangkan kan? Tidak kah kau kasihan dengan ketidaktahuan mereka?. Iya, Kasih memang bisa mengubah sesuatu.
Kasihan? Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri kak? Ada banyak yang mengasihani mu karena meninggalkan rumah dan pergi jauh ribuan kilometer. Untuk menjalani hidup seperti ini?, lalu mengaplikasikan ilmu yang kau peroleh di pedalaman kalimantan sana. Sementara dengan prestasimu kau bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan di jakarta, kau bisa mencumbu sinyal setiap hari, kau bisa menggunakan taxi, busway atau apalah ketika pulang kerja. Tidak mendorong motor mu yang sering mogok di tengah hutan dengan jalan tanah merah yang seringkali sangat licin saat hujan. Kau bisa membeli atau mungkin mengontrak rumah yang lebih baik, dengan lantai ubin dan kamar mandi yang bersih. Tidak dengan rumah panggung yaitu rumah dinas kayumu yang bertingkat, dan seringkali kau harus kerepotan menyelamatkan barang-barang dan perlengkapan medismu ke lantai atas saat hujan deras, sungai barito meluap dan dusun mu dihantam banjir.kamar mandimu? Ohh aku tidak yakin mau mandi disana tidak lebih seperti mandi disungai, harus menngenakan basahan atau kain, kamar mandimu hanyalah ruangan yang sekat-sekat dengan kayu yang banyak lobang disana-sini. Semua orang bisa mengintip apa yang kau lakukan di kamar mandi jika mau.
Pindahlah ke kota kak kami menghawatirkanmu disana, kami tak
bisa menghubungimu setiap saat, bagaimana bisa kami tahu keadaan mu disana?
Bagaimana kalau ada penduduk desa yang
menjahatimu?.
Kau
tertawa tanpa beban sama sekali, mereka lebih membutuhkan kehadiranku disini,
ibu kota tidak butuh perawat lagi, ada banyak perawat yang pengganguran disana,
ada perawat yang yang menjadi banker disana. Atau perawat yang menjadi tenaga
administratif di perusahaan-perusahaan. Disini hanya ada satu perawat dek,
bagaimana aku meninggalkan mereka? Harusnya kau datang kesini juga, disini
banyak anak-anak yang tidak sekolah, mungkin kau bisa mengajari mereka bahasa
inggris agar kemampuan bahasa inggrismu ada gunanya tidak hanya untuk update
status, kau bisa mengajari mereka komputer agar mereka tidak semakin
tertinggal dari anak-anak kota. Kau tahu sekolah disini? Tak perlu kau tanyakan
soal kurikulum, pelajaran yang kau pelajari di bangku SD, baru dipelajari
setelah SMA disini. Tak perlu kau tanyakan kalkulus, persamaan linier, integral
atau apalah itu. Mereka akan mengganggap mu Alien dari luar angkasa mereka
tidak akan mengerti. Aku bahkan bingung seperti
apa soal ujian mereka tiap kenaikan kelas, seperti apa mereka menjawab
soal UN. Sungguh tidak adil jika mereka dipaksa menjawab soal yang sama dengan
sekolah-sekolah di kota, sementara lihat lah buku mereka, lihat gedung
sekolahnya, lihat guru mereka. Adakah yang peduli dengan masa depan mereka?.
Mereka tak tahu upacara bendera mereka tak pernah baris berbaris, tak pernah
menyanyikan lagu nasional mungkin mereka lebih hafal lagu Mars Perindo daripada
lagu kebangsaan Indonesa Raya yang diciptakan oleh WR supratman, (penciptanya
aku ingat karena pernah dihukum guru karena tidak tahu pencipta lagu Indonesia
Raya). Mereka hanyalah anak-anak desa yang dipersiapkan untuk kembali ke
pelukan hutan karet dan sawit ketika otot mereka sudah siap, mereka tidak
pernah dipersiapkan untuk pendidikan yang lebih tinggi agar bisa seperti kau
mencari pekerjaan di kota Metropolitan yang kau sebut Jakarta itu, mereka tidak
pernah dipersiapkan untuk menjadi ahli komputer, ahli ekonomi, arsitek,
astronout, dokter dan banyak lagi cabang-cabang ilmu yaang kalian pelajari.
Mereka adalah orang-orang yang dari generasi ke generasi akan menghabiskan
tenaga mereka di hutan sampai ketika umur menua berbagai penyakit mulai
menggerogoti. Mereka akan terus menerus menjadi miskin. Ahh aku tidak yakin
kalian orang kota itu lebih kaya dari
mereka, mereka punya alam yang hijau, mereka bisa makan dari Alam sepuasnya,.
Mereka tak perlu pusing menangkap pokemon, mereka tidak panik ketika mendapat
pesan sisa kuota, mereka tidak naik darah ketika bermain social media. Mereka
hidup damai, rukun setiap hari. Tidak pernah mempersoalkan Tuhan, tidak sibuk
membela Tuhan mereka. Mungkin kalian yang selalu merasa agama kalian paling
benar dan merasa hidup kalian lebih baik
karena mengenal Tuhan dalam versi kalian. Tapi lihat bagaimana mereka
menunjukkan kasih setiap hari. tengah malam mereka akan menari dibawah bulan
purnama memuja apa yang mereka anggap “Tuhan” tanpa harus mengusik orang yang
tidak turut ritual itu, mereka mengizinkan saya hadir dan menyaksikan bagaimana
mereka melakukan pemujaan tapi tidak pernah memaksa saya untuk menjadi sama
dengan mereka. Anak-anak kecil datang kepada saya, meminta saya bercerita.
Kadang saya bingung harus menceritakan apa, lalu ketika sudah kehabisan bahan
saya akan mencopot beberapa kisah dari Alkitab. Mereka menyukainya. Cerita tentang Yusuf di perut
ikan, Cerita tentang Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang. Daripada mereka
menyayikan lagu dangdut dengan lirik yang tidak pantas untuk usia mereka, aku
sering mengajari mereka lagu-lagu sekolah minggu yang ceria, lagu-lagu dari
kidung jemaat. Ketika mereka berangkat keladang aku tersenyum mendengar mereka
bernyanyi dengan riang. Terkadang aku berpikir perlukah aku mengenalkan Tuhan
kepada mereka melalui Agama?. Lalu saya
sadar di negara ini justru orang yang mengaku paham “Agama” yang paling
naif, yang lebih sering menzolimi sesama
dengan dalil ayat-ayat.
Kau harus datang mengunjungi kami kesini, katamu. Kau harus bertemu dengan bapak ini, ibu itu dan banyak lagi, kau sering menceritakan keluarga “baru” mu disana. Katamu mereka baik-baik tak perlu cemas mereka tidak akan menyakitimu. Kau tidak pernah kekurangan ataupun kelaparan. Mereka berlomba-lomba mengantarmu beras, anak-anak berlomba-lomba mengantar mu durian setiap kali mereka menemukan durian jatuh, Ibu-ibu menawarimu sayuran segar setiap kali lewat. Katamu kau makan dengan baik dan sepuasnya;aku sering teringat mu ketika sedang menyantap bakso, makan hamburger atau pizza. Aku terkadang terlalu berlebihan memikirkanmu, bukan kah kau tak mau makan makanan begituan?. Katamu kamu tidak mengerti dimana letak nikmatnya bakso, hamburger dan Pizza itu, katamu mayonaise membuat mu mual, lalu Ayam crispy yang disajikan di restoran cepat saji itu tidak ada apa-apanya dengan Ayam goreng buatanmu.
Dari kecil aku selalu iri dengan mu, kau selalu punya teman yang banyak dan keluarga selalu menyukai mu, katanya kau pelawak, banyak humor. Sejak kecil aku merasa kau lebih cantik dariku apapun yang kau kenakan aku selalu ingin pakai. Kita sering berantem karena masalah rebutan baju, aku sering merusak barang mu dan memakai bajumu tanpa izin. Kau sering memukulku, mencubitku saat malas bangun pagi. Kau yang paling perhatian kepadaku sejak kecil, memaksaku makan pagi sebelum berangkat sekolah walau kau sendiri tak sempat makan, memastikan aku memakai seragam dengan baik, melemparkan sepatu sekolah ku ke kamar mandi saat aku terlalu malas mencucinya. Kau yang bertanggung jawab memperhatikan aku saat sekolah, karena mamak sibuk dengan “pinahan” dan pekerjaaannya. Menyeretku dengan tergesa-gesa saat aku berjalan lambat menuju sekolah. Terkadang aku merasa kau sangat galak, tapi soal cinta. Tak ada yang mengalahkan cintamu.
Kakaklah yang terbaik, Terimakasih banyak karena tidak
pernah melarang apapun yang menjadi pilihan, terimakasih banyak karena tetap
mendukung apapun pilihanku, termasuk bertahun-tahun lalu saat Ibu berat
memberangkatkan aku ke Universitas karena masalah ekonomi keluarga kita saat
itu, kakak lah yang menyuruh ku mendaftar SNMPTN diam-diam dan memberikan uang
beasiswamu untu kupakai, besar sekali Cintamu kak. Gaji pertamamu setelah
menjadi PNS kugunakan untuk membeli laptop ini. Katamu; “belajar lah yang rajin
jika gara-gara laptop kau terhambat aku akan mengusahakannya”. Aku memang
menepati janjiku untuk belajar dengan baik. tapi sungguh aku belum bisa membalas Cintamu kak.
Maafkan aku karena seringkali sombong, merasa hidupku di kota besar ini lebih baik dari mu di dusun sana. Diam-diam kurasa kau selalu benar kak, aku sekali lagi iri padamu, kau tak perlu menggunakan “topeng” bedak tebal untuk mendapat predikat cantik jaman sekarang. Kau berada di lingkaran orang-orang yang menyayangimu dengan tulus, bukan orang-orang kota yang penuh intrik dan kamuflase.
Selamat mengulang tahun di tanggal 26 july, Banyak yang bilang kau harus segera menikah karena usia, aku juga akan bahagia jika kau menikah. Tapi aku tidak mau seperti yang lain menjodoh-jodohkanmu atau mendesakmu setiap saat. Ada yang bilang menikah adalah menemukan kebahagiaan entahlah menurutku jangan pernah menggantungkan kebahagian kepada orang lain. Menikahlah jika kau sudah menemukan orang yang tepat, menemukan orang yang memiliki kesadaran bersama bahwa kalian berdua saling membutuhkan dan hidup akan lebih mudah jika kalian sudah bersama. Menikahlah untuk dirimu sendiri bukan untuk memenuhi harapan masyarakat karena jika sampai kau menikahi orang yang tidak “sesuai” dengan mu, bukan kah itu kau sedang menjerumuskan hidup mu dalam penderitaan?. Kita selalu sepakat, lakukan sesuatu karena kau mau melakukannya. Hidup ini kita yang jalani orang-orangmengomentari bodo amat dah!.
Sekali lagi selamat ulang tahun, semoga bahagia dengan pilihan-pilihanmu, semoga panjang umur, menjadi penebar inspirasi, dan semakin diberkati untuk menjadi berkat bagi yang lain. aku berharap kita punya masa cuti yang panjang untuk kita habiskan bersama, katamu kau ingin sekali naik gunung “pusuk buhit” katamu terinspirasi dari Novel gelombang karya Dee. Aku tak pernah tahu pria seperti apa yang akan membuatmu jatuh cinta mungkin “alfa” ahh, tapi itu hanya tokoh fiksi bukan?. Aku selalu mendukung apa pun pilihanmu. Kalau orang-orang merindukan masakan Ibu, aku merindukan masakanmu kak. Semoga kau segera bertemu pria yang mencintaimu tanpa harus menggunakan alis tebal dan dempul seperti yang sering kita tertawakan.
Komentar
Posting Komentar