Satire ; Kertas yang belajar MOVE ON!

Sebuah kisah ehh... bukan. bukan kisah ding!. lebih tepatnya Satire Absurd. antara pensil, pulpen, spidol, hekter/staples, penggaris, pembolong kertas, stabillo dan berupa-rupa alat tulis.

Sepanjang tahun alat-alat tulis itu bekerja seperti budak pada sebuah corporation besar. namun mereka bahagia melakukan pekerjaan mereka, mereka tidak mengeluhkan setiap pekerjaan dan pengorbanan mereka. karena mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk mereka sendiri, untuk keluarga mereka dan yang akan lahir setelah mereka digenerasi berikutnya. bukan untuk sekelompok manusia penguasa yang angkuh dan mengekploitasi mereka sekehendak hati.

Sepanjang hari mereka bahu-membahu bekerja loyalitas tanpa batas, 12 jam sehari atau bahkan lebih.

mereka bekerja pada  sebuah corporation besar dengan karyawan ATK ribuan, dengan latar belakang pendidikan, skill, pacar, mantan dan masa lalu yang berbeda. kita tidak akan membahas kehidupan mereka semua. yang menjadi perhartian saat ini adalah si kertas, dia galau, dia dilema, dia sengsara, dia menderita dan hanya dia pula yang merasakan itu semua. dan hanya dia pula yang bisa merasakan rumitnya polemik yang harus dihadapinya seorang diri.

si pensil yang hanya lulusan S3 dibayar sesuai dengan perintah pemerintah yang berlaku di kota setempat, si hekter yang berbodi seksi dibayar melebihi keputusan pemerintah, si pulpen dengan otak einstein, lulusan ternama dibayar dengan upah berbeda pula, si kertas sadar betul bahwa perbedaan upah tentulah sesuatu hal yang wajar sesuai dengan kapasitas otak dan beban tanggung jawab masing-masing. tapi perbedaan tentulah harus adil. beradsarkan komposisi yang dipertimbangkan dengan khusyuk siang dan malam. agar tidak terjadi kesenjangan dan kecemburuan sosial diantara mereka.

Si kertas yang selama ini banyak ditindas, diam-diam dia mulai pintar rupanya. dia mulai belajar politik. mulai dari politik jokowi, politik Saipul Jamil, politik Farhat Abas hingga politik Apartheid. bahkan dia mulai mempelajari politik dari masa  orde lama, orde baru hingga masa SBY. hingga POLITIK KANTOR!

Lalu dia seperti dihantam bertubitubi oleh sebuah kenyataan pahit, sebuah kenyataan yang harus dia telan sendiri. sebuah fakta bahwa dirinya diperbudak dan dia terlalu bodoh untuk menyadari bahwa selama ini dirinya hanyalah objek penderita.

Dia paham betul bahwa golongan Stabillo yang entah kapasitas otaknya melebihi berat badannya, atau karena Stabillo itu produk buatan para bule-bule yang di import dari luar sana. (ehh.. stabilo itu emang buatan eropa bukan sih?? hahhaa.. dasar Inlander!). diperlakukan dengan sangat istimewa, termasuk perlakuan gaji yang istimewanya melebihi esklusifitas para anggota DPR di senayan. Si kertas menyadari mungkin masih ada manusia se-rasis Hitler yang hidup di bawah pemerintahan Jokowi.

Si kertas yang harus berhubungan dengan beragam-ragam dan berupa-rupa perilaku dan perlakuan dari seisi jagat ATK disamakan bayarannya dengan pensil bahkan lebih besar pendapatan pensil. FYI : pensil adalah kasta terendah dijagat raya per ATK-an tanpa skill yang memadai, tanpa pendidikan yang menunjang dan tidak pula rupawan. apa kata dunia??. Si Kertas harus selalu siap dijepit dengan kasar oleh paper clips / trigonal / hekter. si kertas harus pasrah ketika pulpen beragam-ragan warna mulai dari yang hitam / merah / biru mengotori tubuhnya. si kertas harus terima dieluselus oleh stabillo. bahkan si kertas harus menggunakan kemampuan otaknya. otak yang sudah dibekali selama bertahun-tahun dengan beragam-ragam ilmu. mulai  ilmu dari  Isaac Newton, Einstein dan Archimedes. otak yang sudah dibekali dengan doktrin-doktrin Karl max dan Voltare. Otak yang isinya juga meneladani Soekarno, Tjokroaminoto, Soe hok Gie dan para founding father bangsa ini. otak yang senantiasa di Update dengan bacaan-bacaan berkualitas, beragam-ragam buku ringan maupun berat. sebut saja si kertas gemar membaca novel karya Hikaru Murakami , george Orwell dan Dee. si kertas sang sikutu buku lulusan dengan predikat sangat memuaskan, Si kertas yang pernah menyandang gelar Mahasiswa terancam Cumlaude di Universitasnya. si kertas dengan pekerjaan menggunung sampai menyentuh puncak mounth everest, Pekerjaaan yang menghubungkan beragam-ragam divisi. sepertinya yang lain tidak akan berfungsi tanpa kehadiran si kertas. 

mana ada yang mau mengerjakan berkali-kali lipat lebih banyak, dan lebih keras dibanding yang lain. tapi memperoleh hasil yang setara dengan jajaran etona, atau lebih memprihatinkan lagi di bawah pensil. prinsip Ekonomi tetap berlaku. kalau bisa dengan pkerjaan yang seringan-ringannya memperoleh gaji yang sebesar-besarnya. bukan malah sebaliknya. dengan pekerjaan yang seberat-beratnya memperoleh gaji yang sekecil-kecilnya. What The Hell!!!. kita hidup di era kemerdekaan bukan di era Romusha.

Apalah fungsi pembolong kertas tanpa kehadiran kertas, apa yang akan dilakukan pulpen dan pensil tanpa kertas. untuk apa ada stapless tanpa adanya kertas. apa guna penggaris, apa guna tipex, apa guna spidol?. kurang lebih sepenting itulah kehadiran kertas di jagat itu. semua berbuhungan dengan kertas. maka yang lain akan mati rasa tanpa kehadiran si kertas.

Seperti gebetan yang sudah lama diincar dan dikodein, tadi tidak peka dan masih diabaikan juga, seolah-olah tak terlihat. Sikertas dengan segala usaha terbaiknya, dengan segala kemampuannya macam Sherlock Holmes ataupun Detective Conan. tidak sedikit jua dilirik oleh Corporation itu. Si kertas sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah sebuah kesia-siaan, tanpa penghargaan. terbukti dari besarnya nominal rekening tidak lebih gendut dari rekening sang pensil, jajaran etona atau yang lainnya. Minimum seperti keputusan Pemerintah. sebut saja UMK yang selalu saja mengalami pergolakan dari kaum buruh setiap sampai pada pembahasan ini. lalu demo dimana-mana, pemerintah sibuk mencari pembenaran dengan logika-logika. para pebisnis dan pengusaha meraung-raung menghasut pemerintah agar UMK ditekan, ditekan sampai angka paling kecil kalau bisa. dan buruh tetaplah buruh dengan mentalitas jongos yang hanya bisa menerima keputusan karena pemberontakan tidak pernah berbuah manis. Pemerintah tetaplah pemerintah dengan segala kekuasaan dan kepentingan politik mereka.

Seperti halnya gebetan yang tak kunjung menunjukkan sinyal-sinyal keberadaan Ufo, maka sudah seharusnya cepat-cepat mengganti strategi, kalau segala strategi sudah di lakukan mungkin sudah saatnya ganti target. (Mbok yaa bercermin, siapa tau targetnya ketinggiann...) sepertinya kertas sudah lelah dengan strategi. dia harus Move On... berani berpindah!.

Si kertas sudah terlalu lelah dengan realiatas, gapapa salam peluk hangat!. Si kertas terlalu pasif memperjuangkan haknya, si kertas terlalu berharap bahwa segala performance-nya (cielaaaahhh pake istilah asing :D) akan dipertimbangkan para pemangku posisi. seperti si pungguk merindukan bulan kurang lebih itulah yang dia alami. "kalau bukan kita yang ngejar, jangan berharap dikasih. disini segala sesuatunya harus diperjuangkan sendiri jangan mau menunggu" begitu kata seorang kawan penggaris di divisi HRD.

ternyata di negeri yang katanya semakin banyak kaum-kaum humanis liberal ini, Manusia hanya tahu menuntut kewajiban tanpa memberikan hak yang seharusnya dia dapatkan. gapapa salam peluk hangat!. ternyata di negeri yang katanya sudah merdeka 60 tahun ini, masih banyak ditemui mental-mental penjajah, mengeksploitasi orang lain adalah hal yang lumrah dilakukan.

Kurang lebih jika sikertas ditanyai ketika suatu saat nanti dia akan melayangkan kertas bermaterai enam ribu itu, diatas meja disamping laptop yang panas karena hidup dari pagi. maka dia akan memberikan jawaban se-diplomatis mungkin, sambil mengangakat kepala dengan tegak dan menatap angkuh mahluk bernama manusia itu. 

"kalau kau tanya apa sikertas mencintai pekerjaan dan posisi ini? si kertas mengakui Corporation ini seperti surga kecil baginya. banyak hal yang tak terduga-duga ditemui disini, banyak rupa-rupa pengetahuan dan pelajaran hidup yang dia petik disini. dan lebih dari itu si kertas semakin paham betapa rumitnya konstruksi batin manusia. corporation ini menunjukkan kepadanya beragam-ragam karakter yang sebelumnya sikertas pikir mustahil ada di muka bumi ini. lalu kau masih bertanya kenapa si kertas Move On?. karena si kertas sudah berusaha dengan segala kemampuan terbaik nya, lalu dia pikir itu semua adalah sebuah kesia-siaan besar. sebuah kesia-siaan dan usaha yang tak ternilai dimatamu (lagi denger lagu last child... hahahhaa). iya, mungkin si kertas terlalu banyak membuang waktu. dengan sebuah kesia-sian. si kertas terlalu bodoh!. Sikertas yang baik hati dan selalu bermurah hati menyelesaikan masalah bahkan yang bukan masalahnya. mungkinkah corporation itu masih mampu menemukan seorang karyawan yang baik hati dan rendah hati seperti dirinya? sebuah tanya yang akan terjawab ketika sikertas benar-benar MOVE ON "

Membicarakan Corporation ini memang berbahaya. karena dapat menyebabkan kita sedih dan panas dingin seperti saat kita menguber-uber gebetatan.






Salam peluk hangat dari kertas

You can break everything Iam, like Iam made of paper
I will be rising from the ground 
like a skyscrapper.


Agustus 2015 
Pada suatu siang yang mendung





Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG

Analisis Slumdog Millionaire