Karyawan-Karyawan Lupa Bahagia
A
Akhir-akhir ini teman saya sering curhat soal tempat kerjanya. Kata
teman saya tempat kerjanya punya kebijakan baru, euum mungkin kurang
tepat jika disebut kebijakan baru lebih tepatnya ada orang lama yang
menjabat posisi baru dengan kebijakan baru. Jadi begini, Bapak ini
saking takutnya saya menyebut namanya He-who-must –not –Be-named,
lahh jadi kayak Voldemort. You know who.. ini
beberapa bulan yang lalu dipromosikan dari Area Manager menjadi
Regional Manager membawahi 4 Area Manager dan 20 Branch Manager. ,
‘You know who...’ ini melakukan terobosan baru untuk peningkatan
kinerja karyawan, menurut blio cara yang harus diterapkan agar mampu
mencapai target dan menunrunkan PAR ( atau istilah mereka untuk
Mitra-Mitra yang tidak mau atau tidak sanggup membayar collection.
Singkatnya Mitra menunggak). Nahh, di tiap bulan minggu pertama
target ini sudah di sosialisakian dan nanti di minggu akhir tiap
bulan akan ditagih. Dan bagi cabang-cabang yang tidak mampu mencapai
target akan di suruh Lembur Sabtu, tidak capai di hari sabtu disuruh
masuk lagi di hari minggu.
Sebagai Admin biasa menurut saya kebijakan blio kurang tepat sasaran,
Masuk kerja di wiken dimana anak kos harusnya sibuk menjadi ‘Inem’
cuci baju hingga beres-beres rumah dan matikan alarm biar bisa bangun
sesuka hati. Atau bagi yang sudah berkeluarga harusnya menjadi
Quality time bersama anak-anak, bagi yang kampungnya ndak pula jauh
bisa Mudik dari jumat sore. Dan jika perusahaan masih merampas
kebahagian kecil ini maka saya yakin mereka akan loyo kehilangan
sukacita untuk bekerja dihari senin dan di
hari-hari berikutnya. Terlalu capek hingga lupa bahagia.
Sebenarnya ini terjadi di banyak perusahan banyak pemimpin seperti
‘You Know Who...’ tidak suka dibantah, cabang tidak mendapat
apresiasi yang cukup dan tidak diberi kesempatan berpendapat. Blio
membentuk karakter ‘Hipokrisi’, saya meminjam istilah Pramoedya
Ananta Toer. Cabang masuk di hari libur, tapi hanya sebagai ‘simbol’.
Komputer di hidupkan, finger tetap jalan, skype di hidupkan tapi
tidak bekerja, yang penting ngantor.
“kenapa tidak protes?” pernah
kutanyakan, “ini cara kami untuk protes” kata mereka. Tapi
menurutku itu bukan sebuah bentuk protes itu mental hipokrit.
munafik, dimana karyawan memendam keinginan mereka ‘asal Bapak
senang’, bila melawan akan ditandai yang bisa survive adalah
orang-orang yang tunduk. Pernah suatu kali ‘You know who...’
membuat kebijakan baru di umumkan lewat group skype, maka yang lain
menjawab, baik pak... baik pak... baik pak... yang sangat panjang,
lalu teman saya mencoba memberanikan diri (sebagai admin baru yang
masih polos). Bertanya ‘kenapa’? karena menurutnya ada beberepa
Inkonsistensi yang diberlakukan dan itu sangat mengganngu. BM dan AM
ku langsung japri. Udah turutin aja kata ‘pimpinan’. Teman saya
bengong!
Dalam Novel karya Paulo Coelho yang berjudul “The Witch Of
Portobello” diceritakan seorang wanita bernama Athena , yang mampu
membuat perubahan kinerja yang sangat drastis. Athena mampu
meningkatkan efesiensi kerjanya,meskipun beban kerjanya tak berubah.
Lalu ada peningkatan “energi” yang signifikan di Bank tersebut.
Entah bagaimana, nasabah terlihat jauh lebih gembira dan mulai
memberi orang lain rekomendasi untuk datang. Para karyawan juga
terlihat gembira meskipun beban kerjanya berlipat ganda dan tidak
perlu menambah lebih banyak karyawan karena mereka terlihat
menangani semuanya dengan baik.
Meningkatkan keuntungan tanpa menaikkan biaya adalah satu-satunya hal
yang menarik perhatian para eksekutif dimanapun berada, tapi mereka
sering lupa bahwa hati yang gembira membuat muka berseri-seri,
tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. Kegembiraan itu menular
dan menurut saya perusahaan perlu menyadari ini agar mampu tetap
mempertahankan stimuli positif di lingkungan kerja, dengan membuat
karyawan bahagia maka mereka akan bekerja jauh lebih maksimal,
menambah jam kerja tidak menghasilkan hasil yang diharapkan. Tanpa
perubahan jam kerja dengan beban kerja yang meningkat tapi karyawan
tetap bisa survive. Menurut saya karyawan juga butuh di dengar jangan
hanya menuntut loyalitas.
Peningkatan produktivitas adalah keinginan semua pimpinan, saya
sendiri menjadi tidak heran ketika ada beberapa BM
(Branch Manager) tidak terlalu berusaha mencapai peningkatan
target jumlah mitra: kalau tidak berhasil mereka dituduh tidak
kompeten, kalau berhasil, mereka harus terus meningkat sepanjang
waktu, sebuah situasi yang menjamin datangnya serangan jantung dini.
Menurut Athena; Untuk memotivasi karyawan masa kini, kita
membutuhkan lebih dari sekedar pelatihan yang disediakan pusat
pelatihan terbaik. Masing-masing kita memiliki sesuatu dalam diri
kita yang tidak diketahui, tetapi yang ketika muncul ke permukaan
akan mampu menghasilkan keajaiban. Athena membawa sebentuk emosi yang
baru ke tempat kerja-gairah. Ya gairah sesuatu yang normalnya tidak
pernah kita pertimbangkan saat mendiskusikan pinjaman atau dokumen
kerja. Athena tidak keberatan mengajari mereka menari sebelum
menghadapi tugas harian mereka, saya tidak sepenuhnya paham mekanisme
apa yang terbangunkan dalam diri orang-orang melalui hal ini;
melalui tarian mereka semua merasa lebih terhubung dengan apa yang
mereka kerjakan. Bekerja dengan atusiasme yang lebih besar karena
mereka bisa menikmati satu momentum dalam satu hari ketika mereka
mencapai pertemuan utuh dengan diri mereka sendiri. para karyawan
telah mempelajari cara menarik keluar kemampuan ini melalui tarian,
orang-orang dapat mengekspresikan melalui tubuh mereka apa yang coba
dikatakan jiwa mereka. Hal ini menstimulasi tubuh dan pikiran; mereka
memulai hari dengan membangkitkan kreatifitas pada tingkatan tertentu
dari dalam diri mereka, dan menyalurkan energi yang terkumpul ke
dalam pekerjaan mereka di Bank. Dengan cara yang tidak saya pahami,
kegembiraan itu berjangkit, seperti juga antusiasme dan cinta. Atau
juga kesedihan, depresi atau kebencian hal-hal yang bisa secara
intuitif oleh nasabah dan karyawan lain, kita harus menciptakan
mekanisme yang mempertahankan stimuli positif ini tetap hidup.
Kita semua bekerja untuk suatu alasan : untuk memberi makan anak-anak
kita, untuk mengumpulkan uang agar bisa menghidupi diri sendiri untuk
mencari pembenaran akan hidup kita, untuk mendapatkan sedikit
kekuasaan . namun demikian, selalu Ada masa-masa membosankan dalam
perjalana proses itu, dan rahasianya terletak pada transformasi
masa-masa ini menjadi perjumpaan dengan diri kita sendiri atau dengan
sesuatu yang lebih tinggi.
Kenapa tidak menggunakan waktu untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan dan hanya berbahagia karena masih hidup?. Saya tidak
menyarankan agar perusahaan menerapkan tarian seperti Athena lakukan
itu memang kedengaran sangat konvensional. Karena sesungguhnya setiap
kita memiliki kemampuan yang tidak dikenali karena kemampuan itu
tidak dapat diukur atau dinilai dengan perhitungan ekonomi sehinga
tidak dianggap serius. Cara menarik keluar kemampuan tersembunyi
tersebut bisa beraneka ragam cara, kalau Athena melalui tarian kalau
saya melalui ketiadaan suara, kesenyapan membawa saya kontak dengan
diri sendiri.
Pada intinya saya tidak yakin bahwa lembur (tanpa dibayar) adalah cara untuk meningkatkan produktivitas karyawan, karena itu membuat mereka tidak gembira. Sementara stimuli positif berupa hati yang gembira saat bekerja itu perlu.
Komentar
Posting Komentar