Mencari Kitab Suci ke Gunung Kencana



Tanjakan Sambalado beneran bikin kaki bergetar


"Naik gunung Yokk?"
"Masa berdua?"
"yaudah ntar gue cari temen 1 lagi"
"bertiga doang dong? cewe semua lagii"
kuy laaaahh....

Dan mereka pun akhirnya naik gunung.*TAMAT*

EHH, belum...

**
lagi-lagi diprakarsai oleh ide spontannya aku, akhirnya kami bertiga (Gue, Beng dan Nia) perempuan yang tidak begitu tangguh akan naik gunung. sound great gitu kan?. ini adalah naik gunung paling melodramatik dalam kancah per-naik gunung-an dan per-jalan-an saya.

Diawali dari janjian ketemu jam 2 siang di terminal baranangsiang-Bogor. tentu saya saya sudah mengupayakan sekuat tenaga dan sebisa mungkin datang tepat waktu. percayalah teman-teman gak ada niat telat hari itu, karena saya paham betul bagaimana rasanya menunggu janji yang tidak tepat waktu moon maap saya curhat. :D. hari sabtu yang gak istimewa-istimewa amat kala itu, saya masih harus ngantor. satu-satu-nya karyawan yang paling menderita karena harus kerja di hari sabtu di antara kami bertiga. jam 10 pagi saya sudah izin sama atasan saya untuk pulang lebih awal, pesan grab menuju terminal-grabnya gak gercep-aku ketinggalan BUS jam 10 pagi-jadwal berikutnya harusnya jam 11, karena ssuatu dan lain hal yang tidak dapat dijangkau akal penumpang Agramas busnya baru datang jam 12.30-macet parah sepanjang jalan bekasi karena lagi proses pembangunan jalan tol-singkat cerita aku baru nyampe di baranangsiang jam 4 sore. 2 perempuan yang tadinya cantik berubah jadi serigala yang siap menerkam saya.

ohh iya, aku udah tau bakal telat lama, sebelumnya udah instruksi-in sama beng tadi buat nyari-nyari bus ke cikoneng nanya-nanya sama orang terminal gitu rutenya kumaha gitu. ehh, gue telat dua jam dari jadwal mereka ngamuk-ngamuk tapi tetap duduk shantaaaaay di tukang bakso, bukannya cari transportasi biar begitu gue mendarat langsung berangkat gitu kan, okelah nia sudah repot-repot mengurusi perlengkapan kita yang semuanya di sewa dari kedai shellter info lengkap klik this link. karena naik gunung dan kegiatan outdoor bukan rutinitas cuma sekedar hobi jadi jujur kami memang gak punya peralatan hiking sama sekali jadi tenda, peralatan masak, matras sampe senter-senter buat menerawang masa depan juga pesan disini.

Drama pertama begin, jreeeeeeeeng....
kita tiba di pertigaan telaga warna  dalam keadaan  sudah gelap-gulita menyelimuti alam raya pukul delapan malam, karena apaaaaaa? karena gue telaaaaaaat tiba di terminal. okke! salahin aja aku terus.

gini yaa aku jelasin sedikit rute kesini (versi naik bus yaa) . pokoknya dari negeri mana pun kamu berasal jika naik bus turunlah di terminal baranangsiang bogor-cari mobil elf tujuan cisarua mobilnya memang sempit, padat penumpang dan empet-empetan sama barang tapi sesuailah sama harga gak pake transit dan sambung-menyambung bus. kalo mau nyaman sila pesan grab bisa kok. turun di simpang telaga warna - lapor di pos penjagaan bawa KTP dan no HP bayar simaksi atau administrasi kali yaa sebutnya Rp.10.000,- kenapa harus lapor? heh. dengar kecap bakso!. biar mereka punya data berapa yang naik?-berapa yang turun?. kalo kamu hilang jadi bisa dicari gitu. " lahh, itu bisa-bisa-annya mereka kali cari duit?" heh, benang layangan! mending lo bobo cantik aja di rumah kalo pemikirannya masih begini atau aku yang harus pindah planet?. jadi dengan duit simaksi yang kita bayarkan itu di kelola oleh pengelola untuk memasang rambu-rambu pendakian, memasang penunjuk jalan, membuat shelter peristirahatan pendaki dan sebagainya banyak pokoknya manfaatnya.

ini ketika lapor, dan penjaga cuma bisa geleng-geleng kepala dengan niat kami naik malam hari karena gak bawa pacar biar ada yang jagain :D 

ooh iya, sampai mana tadi? aku mau jelasin rute kan yaa...
Nah, dari pintu masuk kawasan hutan kencana ini kita harus menuju desa Cikoneng  dan desa LC. kamu mau tahu berapa KM jaraknya? 17 KM Kamerad, kami bertiga perempuan, tidak bawa kendaraan hanya cahaya temaram lampu senter. ya tapi kalo udah niat, Semesta akan bahu-membahu begitu yang saya percayai dari Paulo Coelho. habis lapor, kita cek-cek barang perlengkapan sesuatu menyentak titik nadir ku (lebay begins); aku gak menemukan HP ku, udah obok-obok ya sudahlah (maaf yaa aku menulis ini sambil bahagia gak mau ingat bagian sedihnya.bhyeee).

kita tuh pengen banget naik ke atas, ya kalo gak bisa mendaki malam ini minimal sampai desa Cikoneng kita nge-camp di hamparan kebun teh aja. Semesta berkonspirasi malam itu. tiba-tiba 4 orang cowok emesh dengan 3 motor, terus nawarin gabung sama group mereka. ohh, Puji semesta alam. saya dan beng sewa ojek buat ngantar ke atas, nia nebeng motor kosong. Jalanannya??? jalurnya cukup memakan waktu dan energi, meskipun sebagai pihak yang dibonceng oleh bapak paruh baya dengan motor yang cukup butut saya capek pembaca, jalurnya berliku-liku, berbatu tajam dan licin. di 1/4 perjalanan pada sebuah persimpangan si bapak berhenti.

Apakah aku akan hilang di bukit teh ini? bukan, tenang ini cerita pendakian bukan cerita thriller. Si Bapak kehabisan bensin, ohh Lord aku cemas apakah di tengah hutan yang dari tadi tidak ada penampakan rumah ini ada penjual bensin? si Bapak berbelok ke kiri, dan aku teriak kepada teman di belakang.. "woyy.. kami isi bensin dulu, ketemu di atas nanti". kata si Bapak dekat, 3 KM di kota dengan jalan aspal mah deket, 3 KM dengan jalanan menurun curam dan bebatuan,  hanya ada pohon dan puluh ribuan atau bahkan milyaran batang teh gelap gulita dan hanya cahaya motor si bapak, suara jangkrik dan si Bapak yang banyak diamnya, kan neng serem juga kalo di culik mah gak bakal berjejak. ehh, di bawah memang ada perkampungan :)). sekembalinya naik ke atas, di persimpangan teman-teman yang baru aku kenal 1 jam yang lalu, nungguin dengan cemas. sungguh merakaTeman yang baik dan tulus seperti Spongebob. Jalur ini emang mengerikan, selain karena sudah gelap dan bebatuan kalo silap dikit terjun bebas lah kau berguling-guling kebawah. Pesan moralnya : tiati naik motor disini.

Patokannya adalah SD cikoneng, dari sini tinggal lurus dikit lagi ke Desa LC ini merupakan titik terakhir pemberhentian kendaraan, nanti ada posko lagi buat titipin motor dan juga bisa beli bekal untuk naik ke atas disini lengkap. *lengkap menurut versi anak gunung yaa, jangan cari silver quin disini*. Kita mau naik gunung bukan mau valentainan

Berjalan kaki sekitar 4 KM ada kali yaa, tapi jalurnya enak, tidak menanjak. mengitari lajur-lajur kebun teh, aku ngebayangin kalo ini siang hari pasti indah luar biasa. Kita tiba di Pos ke-2 sekitar jam 10. disinilah petualangan yang sebenar-benarnya dimulai, sebelum naik kita cek persiapan lagi, botol-botol air minum di isi, isi langsung dari sumber air mengalir di kaki gunung, lapor lagi kepada penjaga posko.

Jam 10 malam, saat biasanya aku udah dusel-dusel mantjah di atas kasur sambil nonton atau baca atau bahkan tidur pulas. disini aku keringatan.
"ngapain sih, capek-capek naik gunung toh turun lagi? heh, air kobokan! ini udah 2018 jadi gak semua yang menarik buat kamu harus menarik buat saya dan sebaliknya.

Gunung Kencana itu kecil, kecil  untuk ukuran 1803 tapi jalurnya FULL menanjak, tidak ada jalan landai, Full hutan dan pepohonan rindang, Full Tumbuhan hutan. karena ini malam hari kita butuh waktu hampir 90 menit (kata expert mah paling 30 menit) untuk sampai di puncak munara. karena saat itu musim hujan, tanah licin dan lembab, daun-daun pohon basah karena embun jadi tiap kali istirahat saya senter-senterin batang pohon dan dedaunan cari pacet  dan beneran ada loh :D hiiiiyyy. terserah kalau mau bilang ini berlebihan, saya suka aroma hutan. aroma tanah tanah sehabis hujan, aroma daun-daun segar yang basah. saya Suka!. Nia yang paling memprihatinkan malam itu, keringat mengucur deras, panas dingin dan pucat pasi. kita pelan-pelan sambil gue khawatir juga kalo kenapa-napa gue yang tanggung jawab sebagai yang ngajak-in. quotes malam itu dari Miftah "Naik gunung itu bukan perihal lomba-lombaan paling cepat tiba di puncak, bukan tentang mencapai puncak tetapi, kebersamaan dan menikmati langkah-langkah kaki jadi gak perlu buru-buru". tergugah aku dengarnya, mereka itu pendaki yang udah biasa naik gunung, perjalan semacam gunung kencana ini buat mereka mah kecil, terlihat dari muka mereka yang santai, nafas yang teratur tapi buat kami? ini tantangan, kami ngos-ngos-an kami berulangkali tergelincir di tanah licin dan saat itu juga mereka sigap membantu, bahkan sampe bawain tas gede milik kami. Saya tidak enak karena berpikir kami bertiga adalah gangguan, kami menghambat mereka, memperlambat mereka mencapai puncak. lagi-lagi mereka tidak keberatan, waw...

sekitar jam 11.30 kita tiba di puncak munara di sambut hujan gerimis, mencari lokasi mendirikan tenda, dengan berbagai pertimbangan aspek, kontur tanah dan arah angin. tenda sudah berdiri perasaan capek menguap sudah, keinginan untuk segera tidur setelah di puncak hilang. kita masak mie (lagi-lagi di jewer emak), menyeduh kopi dan main ludoooo.. apalagi yang bisa dilakukan diatas puncak gunung saat gerimis dan awan dengan pekat-pekatnya, bintang-bintang memilih sembunyi dan lampu kota tertutup embun. karena baku lagi rindu tapi tidak bisa pandangi langit malam seperti anjuran di lagu jikustik, kami berpusat dan berfokus ke layar hp mengikuti pergerakan ludoooooo..

'ini pipisnya gimana?'
"lu jalan ke belakang, di belakang tenda dekat pohon besar gak usah ribet-ribet". Agro dengan kalemnya... cuma berdoa semoga gak sakit perut, jadi gak perlu meracuni hutan dan segala isinya dengan EEK gue dan terkabul :).

Jam 4 pagi (si cowok suku jawa, berbadan kurus dan paling baik diantara semuanya itu loh yang pake jaket biru dan aku lupa namanya. gitu emang! yang baik lebih gampang dilupakan daripada yang menyebalkan).  paan ci.

Terpampanglah dengan sangat nyata dari ketinggian 1803 MDPL lampu kota bogor, dan pemandanganmenakjubkan ini masih terus berlanjut. setelah cuaca cerah tersaji dengan lezat di depan mata Gunung Pangrango, Gunung Gede dan Gunung salak berdiri gagah menyapa. bentangan hamparan kebun teh layaknya permadani bikin gak mau turun.
Ini adalah pemandangan lampu kota bogor, setelah embun-embun menyingkir pukul 4 pagi

bersama cow-cow emessh yang sudah bersedia di-rempong-in wanita-wanita yang tidak begitu cantik dari awal pendakian smapi turun. beruntungnya kenal dan ketemu kalian. kecup atu-atu :*



di atas ramai, cem pasar malam

selalu berdebat dalam setiap kesempatan :Xp

Jam 08 pagi kita udah siap-siap turun, yu know lah kalo weekend puncak buka-tutup jalur karena macet..cet..cet..

Perjalanan turun jauh lebih mudah sih dan karena malam hari gak lihattraknya kek gimana, boleh lah saya mengagumi kemampuan diri sendiri setelah melihat dengan jelas trek yang sangat curam dan terjal saat perjalanan turun. mungkin kalo naiknya siang-siang dan liat jalurnya mungkin saya udah hopeless duluan beruntungnya itu malam jadi gak terlihat secara keseluruhan gimana treknya.

Makanan penggunngah semangat dan sumber segala kekuatan melebihi kekuatan bulan. meskipun banyak meskipunnya... yu know so well lah masak di gunung kek gimana terbatas sumber dayanya. :P


Nanjaaaaak penuh tantangan men, kayak rumitnya hubungan aku dan kamu.

tantangan berikutnya adalah berjalan kaki sejauh 17 KM, malamnya naik ojek kan yaa? tapi saat melihat hamparan kebun teh yang indah dan trauma njut-njut-an di atas motor yang oleng tanpa bisa di prediksi.kita memilih jalan kaki. 17KM??? yes tanpa istirahat kurang lebih 3 jam (kalo dihitung-hitung itu anggap ajalah jalan kaki 4 kali bolak-balik dari sitampurung-siborongborong. gak tau kalian kan? yaudah mingkem ajaa).

Om Miftah dengan Helmnya, dan ide-ide cemaerlangya untuk nyari rute tersingkat tapi lebih seringnya menjerumuskan dan tersesat. 

perjalanan ini kayak mencari kitab suci ke barat. Hijau tak ada ujung.


Melihat pemandangannya emang kita betah sih, hijau dan adem. tapi 13 KM dan ini siang hari pas lagi panas-panasnya, betis hamba juga jenuh jendral!. jenuh adalah akhir dari segala hubungan. wassalam...

Melihat sebuah mobil Pick Up berisi kambing, kita menaruh harap. berharap si Bapak supir mau mengangkut kita, meskipun harus bersama kambing adinda rela asal perjalanan yang tidak berujung ini selesai. kita tereaaak... sampai kerongkongan kering. si bapak melaju tidak terusik sama sekali dengan kami, apakah empat  mahluk hobbit yang kepalanya timbul-tenggelam sambil melambai-lambai diantara batang-batang pohon teh tidak terlihat? padahal kami tidak pakai cincin yang dicuri Bilbo, tidak sedang pakai jubah harry potter tapi si bapak tidak melihat kami. sedi aku tu.

Kami berlari, tanpa peduli lagi ranting-ranting, menerabas segalanya. berlari sambil berteriak bisa bayangkan gak kau tu?. anak-anak desa malah kegirangan, kayak nge-liat host facebooker lagi bertingkah konyol menghibur penonton. bukannya bantuin STOP mobil pick up yang tetap melaju kencang. lagi-lagi kami kandas di hadapan harapan, kami harus menuntaskan perjalanan yang masih panjang ini dengan keringat, dengan tertawa saling bully agak perjalanan ini tidak keras-keras amat.

ketika harapan hampir padam, tiba-tiba ada angkot. angkot yang membuat kami kegirangan kayak habis dapat mobil lamborghini. Angot yang memutus penderitaan kami :P. supir-supir angkot di seluruh dunia bersatulah.... 


ini Pos ke-2 sebelum naik, jadi cuma ada 2 POS dalam pendakian ini yaa..

Jangan percaya!, membawa tas gede ini cuma untuk kepentingan foto shoot aja. Neng gak sekuat itu kok, bawa tas gede sambi nanjak-nanjak. 


****

Bersambung dulu yaa capeeeek adek... :D





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Slumdog Millionaire

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG