Harusnya Aku Bahagia...
Harusnya pagi
ini aku bahagia Tuan, karena pada akhirnya aku memberanikan diri berkirim pesan
singkat denganmu dan kau membalasnya dengan cepat. Iya, kita saling berkirim
pesan hal yang sangat jarang kita lakukan. Terakhir kali kuingat aku mendapat
sms darimu pada januari 2012 lalu. Aku bahagia membaca pesanmu. Sangat bahagia.
Harusnya pagi ini juga aku bahagia dengan balasanmu Tuan tapi aku sedih
mendapati kenyataan bahwa kau tidak mengetahui apa-apa tentang diriku. Jangankan
untuk mampir membaca tulisan di blog ini, bahkan melihat status di FB maupun
twitter kau tak pernah Tuan. Terbukti saat kau tidak tahu apapun tentang aku,
dimana aku sekarang, kapan aku wisuda. Kalau kau pernah mengunjungi Time line
twitter ku. kau akan tahu banyak hal tentang aku karena aku rajin membagikan
banyak hal disana.
Jangankan
untuk memahami hal yang tersirat di dalam hati ku, yang tersurat saja tak
pernah kau perhatikan Tuan. Bahkan kau tidak tahu aku kuliah ngambil jurusan
apa. Sekian tahun lho!!! Bahkan kau pernah menanyakan sebelumnya, lalu kau
lupa. Sama seperti kau tak pernah ingat akan diriku. Betapa aku tidak pernah
menjadi bagian penting dalam hidupmu. Sementara aku selalu menyebutkan namamu
dalam setiap doaku, ku teringat setiap kali aku menghela nafas. Ku ketikkan
nama mu di setiap akun sosialku, kupantau tiap kali aku harus berkeliaran di
dunia maya. Jemariku bahkan sibuk mengeja namamu di keyboard, kutelusuri nama
mu di google. Aku selalu sibuk mencari tahu kabarmu dan aktivitasmu dengan
segala daya upaya yang aku bisa. Hal yang tak mungkin kau lakukan, setengahnya
saja untukku L.
Pada
tanggal kosong dua desember dua ribu tiga belas, yahh, beberapa minggu yang
lalu. Aku terkejut membaca tweet adik perempuanmu, sedang di bandara untuk
pemberangkatanmu merantau. Aku terkejut sekaligus kepo kamu mau kemana? Berminggu-minggu
aku berusaha mencari tahu lewat penelusuran akun sosial teman terdekatmu,
bahkan kau sendiri tidak pernah berbagi di media sosial tentang apapun,
termasuk tentang keberangkatanmu melintasi provinsi kali ini. Aahh, sungguh
pria yang misterius memang. Aku tidak memperoleh informasi apa-apa kota mana
yang kau tuju kali ini. Hingga aku penasaran setengah mati. Itulah awalnya nomor
dan nama mu yang selama ini hanya berani kupandangi di layar HP ku. kali ini
kuberanikan mengetik pesan singkat.
Harusnya
aku bahagia, iyaa... tapi aku harus sedih ketika kau memulai percakapan dengan
pertanyaan “dengan siapa yaa?”. Darahku berdesir. Kau bahkan tak punya No. HP
ku, tak tahu No. HP ku. sementara aku bertahun-tahun menyimpan No. Mu. Bertahun-tahun
aku menunggu jika suatu hari namamu muncul di layar HP ku dengan pesan singkat
atau nada deringku berbunyi dengan layar berkedip kedip kutemukan namamu. Aku menunggu.
Selama ini aku menunggu hal yang sepertinya mustahil untuk terjadi kalau saja
bukan aku yang mulai...
Harusnya
memang aku bahagia, menikmati percakapan kita yang tertuang lewat teks singkat.
Tapi aku semakin menyadari bahwa aku hanya jatuh cinta sendirian, dulu kupikir
kau diam-diam juga memperhatikan ku. jawabannya sudah kutemukan. Aku tidak
pernah menjadi bagian kecil sekalipun di otakmu. Walau nama mu masih tersimpan
rapi dan menguasai di dalam otak ku. nama yang tak mungkin bisa ku hapus dengan
cepat. Karena aku, semakin cinta dan akan terus mencintaimu pria dimasa
kecilku, pria dengan senyum paling manis selama puluhan tahun. Aku benar-benar
jatuh cinta denganmu Tuan, bisakah engkau memalingkan wajahmu untukku? Maukah kau
membagikan sedikit perhatianmu untukku?
Sudikah engkau membaca tulisan ini
Tuan? Tulisan yang di tulis dengan luapan emosi dan cinta yang menggebu. Mungkin
suatu hari nanti kalau kau menemukan tulisan ini, kau akan menyadari ada
seorang wanita bodoh yang mengungkapkan perasaanya lewat tulisan. Yang memendam
perasaan sekian tahun lamanya untuk seorang pria yang dikenalnya di masa kecil.
Seorang wanita dengan sabar menunggu keajaban yang empunya semesta untuk
mempertemukan dua hati yang dipisahkan oleh angkuhnya jarak ribuan kilometer. Aku
wanita itu, wanita yang selalu menjaga kesempurnaan cintanya untuk mu Tuan.
Harusnya aku bahagia, karena kita
berada di provinsi yang sama saat ini. Di pisahkan pulau? Tak masalah aku sudah
biasa di pisahkan jarak. Aku bahagia dengan kabar terkahirmu kali ini.
Suatu hari nanti Tuan, saat
sudah membaca tulisan ini.
tolong kabari aku.♪♫♫
kabari aku secepat yang kau bisa, bagaimana perasanmu?
cerita padaku tentang rasa yang kau punya ♥♥♥
tolong kabari aku.♪♫♫
kabari aku secepat yang kau bisa, bagaimana perasanmu?
cerita padaku tentang rasa yang kau punya ♥♥♥
Komentar
Posting Komentar