About Get Married (part 1)

Terkadang aku takut menjadi dewasa, umm.. mungkin maksudku menjadi Tua.  usia semakin tua semakin banyak tuntutan disekitarmu. Age just number begitu kata orang bijak.

Kakaku misalnya, dia di paksa menikah hanya karena usia, usia yang menurut mereka mereka itu sudah mencapai batas limitnya. Mereka bilang jangan terlalu pemilih, tidak ada pria yang sempurna!. Lalu perjodohan dengan ini itu pun dimulai ketika kaka ku menolak, katanya kakaku sombong,  dia terlalu pemilih dan sok sempurna. Yang paling menyakitkan disuruh bercermin. Astagahhh... lancang sekali!

Buat aku sebenarnya menikah itu bukan satusatunya jalan kebahagiaan, kalau kita menikah dengan orang yang salah justru sebaliknya. rumah tangga bagai neraka. Lagipula menikah adalah perkara sekali se-umur hidup. Kita tidak boleh kembali ke titik nol dan kembali melabuhkan hati. Mereka gampang ngomongnya yang menjalani pernikahan tetaplah kita. Lagian beli lipstick aja kudu milih, berkawan aja kita kudu milih agar twrhindar dari pergaulan yang buruk. masa pasangan hidup gak boleh milih?.

tapi hidup selalu penuh dengan komentar biar menantang.Kalau dapat yang pendidikannya dibawah, masa kamu sarjana dapatnya SMA? Kalo yang tampangnya paspasan, masa pacar kamu lebih pendek? Kalau dapat orang kampung, masa kamu mau jadi orang kampung yang terisolir dan gak ada listrik. Katanya gak bolehh milihhh. Emberrrr!!!

**
Di usia yang semakin menua sebentar lagi angka 25 akan dirayakan. Aku juga mulai takut.

Aku tau kalo ucapan ucapan yang yg akan datang adalah segera menikah. Menikah itu gak gampang! Cari pacar aja susahnya minta ampun apalagi menikah?.

Jatuh cinta mungkin lebih gampang dari pacaran, setidaknya pria yang pernah membuat aku jatuh cinta sedemikian dalam belum pernah aku pacari. Justru pria pria lainnya yang tiba tiba mengobral kata-kata cinta dan mulai dengan gombalan. Cihhh.

Di usia yang semakin menua, tanpa pacar. Hanya pekerjaan tetap yang tak aku sukai tapi  bisa menjamin untuk kasur, pakaian dan makanan. Di usia dua lima teman2 ku sudah banyak yang menggendong anak, bahkan udah siap2 menyambut kelahiran anak ke-2, yang lain sedang mempersiapkan pernikahannya,
Membicarakan cicilan rumah dan cicilan mobil.

Aku disini masih tidur diatas kasur kumal, tanpa memikirkan cicilan  kendaraan apalagi cicilan rumah. Tanpa pacar apalagi memikirkan menikah.

Sesungguhnya aku bahagia dengan hidup yang kujalani, seandainya aku tak perlu memikirkan tuntutan orang tua dan lingkungan.

Sesungguhnya aku bisa tertawa lepas, melakukan perjalanan seorang diri, mengunjungi laut, pantai, hutan dan gunung.

Sesungguhnya aku tak perlu pacar, jika ternyata aku tidak cinta. Tapi mungkin aku harus menjalani hubungan meski aku membohongi pria tersebut dan hatiku sendiri. Demi agar menjadi wanita ideal ditengah-tengah masyarakat.

Usia yang semakin menua, akan tiba waktunya dipaksa untuk menikah juga, entah dengan siapa mereka tak peduli!. Yang mereka tahu bahwa menikah adalah sebuah keharusan.

Aku hanya berdoa  kepada Tuhan semoga aku bertemu dengan pria yang mencintai aku, mencintai aku yang suka nonton cartoon, mencintai aku yang suka makan di rumah makan padang, mencintai aku yang suka membaca,mencintai aku dengan rambut keriting ikal-ikal dan bertubuh pendek, mencintai aku yang selalu menulis. Mendampingi aku melakukan perjalanan-perjalanan. Mencintai aku yang malas mandi di hari libur dan kuat menonton seharian. Mencintai cara tertawa ku yang keras, mencintai aku yang suka minta di foto di tempat umum.

Aku tidak tahu harus bagaimana menyambut masa depan yang minim investasi. Aku tidak tahu harus menikah dengan siapa, dengan kamu pria bermata sipit yang di suatu malam nemintaku untuk menjalin hubungan lebih dari sahabat. Atau dengan kamu yang pernah mengajak ku foto prewedding sambil bercanda. Atau dengan kamu cinta malu-malu dimasa kecilku. Atau ada pria lain yang disiapkan Tuhan.

Aku tidak tahu apa yang terjadi besok, ataukah masa depan tidak pernah ada karena tutup usia terlalu muda. Apa pun itu aku tak bisa memilih dan kalau pun diizinkan memilih lebih baik mati muda kata soe hok Gie.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Slumdog Millionaire

PENGAMBILAN SUMPAH, PELANTIKAN DAN UPACARA SERAH TERIMA JABATAN

ONE DAY TRIP IN SEMARANG