Malaikat Tanpa Sayap *part two*
*Malaikat Tanpa Sayap
Part 2*
Sebelumnya
Aku suadah ceritakan bukan? Bahwa Ibuku adalah orang yang sangat baik. Bukan
karena dia sangat menyangiku anak bungsunya atau anak-anaknya yang lain, tapi
karena dia juga menyayangi orang lain lebih dari dirinya sendiri.
Barusan
aku ditelepon kakaku mengabarkan, “Ri sudah meninggal dengan tragis setelah
kecelakaan dan kepalanya hancur, pecah mengerikan” begitu katanya.
“Ri
yang mana?” jeritku. “Ri yang dulu pernah tinggal di rumah kita dan selalu
bernatem sama mu”. JLEB! Detik berikutnya aku tergugu, diam. tapi kepalaku
langsung berlari dengan kejadian 10 tahun lalu waktu aku masih SMP.
Suatu
hari, dihari selasa tiba-tiba saja Ibuku pulang dengan kejutan tak
terduga-duga. Dia membawa Pria kribo, berkulit gelap bertubuh kekar ke rumah.
Satu minggu kemudian Ibuku membawa anak berusia 11 tahun ke rumah, anak
perempuan tersebut bertubuh lebih besar dan lebih tinggi dari aku. Berkulit
gelap dengan rambut lurus aku masih ingat kutunya banyak.
Yang
laki-laki namanya Ri, adiknya bernama Bertha. Mereka tinggal di pulau jawa.
Orangtuanya berpisah, Ibunya pergi (ada yang bilang kabur) meninggalkan mereka
pada Ayahnya, Ayahnya lalu menikah lagi dengan perempuan jawa. Lalu hidup
mereka tidak diperhatikan Ayahnya sibuk bekerja persis seperti sinetron “Ibu
tiri” lalu Ibu tiri menyiksa mereka, tidak diberi makan dan sebagainya.
Oppungnya (kakek) datang dari medan
menjemput mereka. Mereka lalu berharap akan hidup lebih baik di kampung,
melanjutkan kembali sekolah.
Aku
selalu mengutuk orang tua yang bercerai tanpa memikirkan dampaknya bagi
anak-anak mereka. Setiap perceraian yang dikorbankan bukan suami atau isteri
tetapi anak. Anak lah yang menjadi
korban.
Oppungnya
punya kebun kopi yang luas, lalu sesuatu yang tak pernah disangka-sangka pun
terjadi. Orang-orang berpikir bahwa oppung nya jauh-jauh menyebrang ke jawa
menjemput cucunya untuk dibawa ke kampung agar menjalani kehidupan yang lebih
baik ketimbang tinggal bersama Ibu Tiri. Oppungnya memperlakukan mereka lebih
kejam, menyuruh bekerja dari pagi hingga malam di kebun kopi, dengan disiplin
maccam tentara.
Ri
kabur pada hari selasa, dan entah bagaimana skenario Tuhan dia bertemu dengan
Ibu ku di Onan (Pasar). Sebenarnya kalau ditarik partuturan aku masih punya
hubungan saudara dengan Ri. Nenek Ri adalah Adek kandung dari Nenek ku. Sama-sama
boru sinaga. Mungkin karena pertimbangan saudada atau misi kemanusiaan Ibu
mengajak Ri dan adeknya tinggal di rumah. Adeknya di sekolahkan waktu itu masuk
kelas 4 SD mama juga bilang biar Ri
sekolah mau jadi apa izajah SD di bawa gak akan berlaku, mama bilang mama akan
membiayai sekolahnya di SMP yang penting dia bener dan rajin sekolahnya. Ri
bilang dia malu usia nya 3 tahun diatas teman-teman yang akan satu kelas
dengannya apalagi Badannya yang tinggi besar akan membuat dia mencolok di
antara teman-teman SMPnya.
Ri
sepanjang ingatanku adalah pria yang baik, dia rajin bekerja. bekerja dengan
otot-otot nya yang kuat. Dia menyebalkan, aku sering bertengkar dia sering
mencoret-coret buku ku dengan tulisan entahlah, dan saat di sekolah teman ku
pinjam catatan dan menemukan tulisan itu aku di cie-cie in satu kelas yang akan
riuh, pulangnya aku akan membakar Ri dengan tatapan mata ku. Aku marah besar
dia akan minta maaf dan mau melakukan apapun. sering aku manfaatkan untuk dia
berbuat konyol dan menyelesaikan pekerjaan rumahku, mengepel, mencuci &
memasak. Dia pasti melakukannya *maafkanlah aku melakukannya tanpa
sepengetahuan mama, kalo ketahuan aku juga akan dimarahi, Hhahaha*
Aku
Ingat adeknya dengan baik, sesungguhnya adeknya cantik, rambutnya hitam lurus,
kulitnya sawo matang dan memiliki badan yang tinggi. Tapi kerasnya kehidupan di
rumah oppunya membuat dia lupa untuk merawat dirinya, kulitnya meng hitam dan
gelap, rambutnya merah, kering pecah tak terurus. Dan hal yang paling
menjijikkan adalah dia punya KUTU yang banyak. Aku gak mau satu tempat tidur
sama dia. Tapi kata mama gak boleh, mama memperlakukan dia sebaik memperlakukan
kami. aku selalu keberatan. Kaki, leher nya penuh daki (in batak language
TAKTAKON :d). Iya, Dakinya banyak dan susah dibersihkan. Aku pernah nungguin
dia mandi sampe 2 jam membantu dia menggosok daki di kaki dan lehernya. Alhasil
2 minggu tinggal di rumah kulitnya makin bersih dan bersinar, dia makin gemuk. Semua
tetangga bilang waktu pertama datang dia kurus banget. Yahh, porsi makannya
juga mengerikan sih bisa 4 kali dari porsi makan aku. Kadang aku mau protes
jatah lauk yang harusnya sampe malam udah habis pas makan siang. Kata Mama “
biarin aja dia makan”. Mama gak pernah keberatan dengan biaya belanja yang
membengkak yang harus dia keluarkan, porsi masak yang bertambah 2 kali lipat
dari biasanya. Sementara aku selalu mengeluh karena harus masak 2 kali lipat
lebih banyak setiap harinya. Saya selalu salut dengan hati yang kau miliki
Mom...
Bertha
menjalani hari nya dengan riang sepanjang siang, dia tertawa seperti yang lain.
Akan tetapi setiap malam dia mengigau seperti dihampiri mimpi buruk yang
mencekam. Kata Mama dia masih trauma dengan perlakuan buruk oppungnya saat dia
dipukul dan dibentak, dan bayangan kelam itu hadir saat dia menutup matanya. Mimpi-mimpi
buruk itu membuat dia ngompol hampir setiap malam, kasur bau, kamar tidurku
bau. Kata mama i”itu gejala traumatisnya” ahh, terkadang Ibu ku lebih ahli dari
pakar psikologi. Aku protes aku gak mau satu kamar dengan Bertha, kamarku jadi
bau. Kutunya mulai habis aku ingat sekali bagaimana aku mengelabuinya saat aku
akan memotong rambutnya yang panjang lurus, aku bilang aku Cuma mau motong
dikit tapi ternyata dipotong pendek banget awalnya dia marah dan pengen nangis
saat kehilangan rambut panjangnya tapi waktu orang bilang potongannya bagus. Marahnya
di cancel hahaha.. dan aku baru menyadari ternyata aku punya bakat memotong
rambut harusnya dulu aku kuliah jurusan fashion bidang hair style. Benerann warga
sekampung nanyain “potong rambut dimana tha? Kok kerenn?” sejak itu warga
sekampung mulai mempercayakan masa depan rambut anak-anak mereka ditanganku. Entah karena beneran gaya
rambutnya setelah dipotong kecehh atau gara-gara jasa potongnya gratisss. Hahhaaaaaaa
Aku
lupa, rasanya Cuma 1 semester bertha tinggal di rumah dan dia dijumput Mak
Tuanya (kakak dari ayahnya) kembali ke pulau jawa. Dan Ri Cuma tinggal 1 bulan
di rumah waktu itu mama bilang “kalau kau terus tinggal disini Ri, kau tidak
akan kelaparan karena kita punya sawah dan kau bisa makan sepuasnya. Tapi hidup
gak boleh gini-gini aja Ri, kau harus mikirin masa depan mu, kau harus
melakukan sesuatu untuk masa depanmu. Mungkin berdagang atau buka bengkel
pergilah belajar diluar sana Ri, kelak kalau menikah kau bisa membiayai
keluargamu. Kalau kau tinggal terus di rumah ini, aku gak bisa membayar kau Ri,
tanah kita tidak luas. Daripada menjadi petani lebih baik kau keluar sana
menyelami kehidupan dan beroleh rupa-rupa pengalaman. Aku tak bermaksud mengusir
Ri, ini untuk masa depanmu”
Ri
protes “aku mau membantu mamak tua keladang, biar ito bisa sekolah”. Mama bilang,
kelak kalau kau sudah berhasil aku aku akan senang dan bangga pada kau Ri pada
saat itulah kau benar-benar sudah membantu mamaktua karena membuat mamaktua
bahagia. Akhirnya Ri kerja keluar di sebuah bengkel, dia belajar mnegemudi,
belajar berdagang dan banyak lagi. Adeknya tetap di rumah sekolah dengan baik. Tapi
hanya 6 bulan setelah itu mereka di jemput ke jawa, dan aku tidak pernah
berkomunikasi lagi. Aku hanya sering mendengar kabar mereka dari
perkumpulan-perkumpulan keluarga.
****
Hingga
hari ini, hari ketika aku mendengar kabar kecelakaan Ri yang mengenaskan, Kabar
tetang pemakaman Ri yang bahkan tidak dihadiri oleh Ayah kandungnya sendiri.
Kabar tentang akhirnya mereka kembali kepelukan Ibunya. Impian Bertha selama
ini, dia selalu percaya Ibunya orang baik. yang waktu itu aku selalu bantah
kalau Ibu mu baik dia tak akan membiarkan kalian terlantar dan tinggal sama Ibu
tiri yang kejam bahkan sampai tinggal di rumah oppungnya yang gak punya hati. Akhirnya
Ri berhasil mewujudkan keinginan Bertha untuk mencari dan menemukan Ibunya,
Bertha bisa kembali kepelukan Ibunya itu melalui proses pencarian yang panjang.
Bertha
di depan peti mati abangnya yang sudah terbujur kaku meraung-raung “ Abangggg, mengapa harus secepat ini kau
pergi?, Abang kemana lagi kami mengadu? Kaulah selama ini yang menjadi sandaran
kami setelah Ayah membuang kita bahkan tidak mau menghadiri pemakamanmu,
melihat mu yang terakhir kalinya”.
Yaa
Tuhan, aku meneteskan airmata saat Amangboru menceritakan itu, Aku membayangkan
Bertha saat ini sudah dewasa, aku seperti merasakan semua pergumulannya, semua
cerita hidupnya yang pilu. Aku mengingat cerita-ceritanya waktu kecil tentang
bagaimana ia membenci Ayahnya dan bagimana ia merindukan Ibunya tapi mereka
tidak tahu Ibunya ada dimana, bagiamana perjuangan mereka setelah besar mencari
Ibunya dan keluarga mereka bisa berkumpul kembali walau tanpa Ayah. Dan hari
ini mereka kehilangan yang sangat besar seorang Abang yang sangat mereka
kasihi, sorang Abang yang sekaligus menjadi Ayah bagi mereka. yang bertanggung
jawab dan telah memikul beban yang teramat besar selama ini.
Kita
tak akan pernah mampu menyelami rencana Tuhan, Tapi tuhan tak akan pernah
mengambil tanpa menggantinya dengan sesuatu yang lebih indah Bukan?
Rest In peace
Ri....
You know me so
well kan?, gue gak pernah benar-benar marah dan membenci kamu kok.
You must know
Ri, We Love you
Ibuku mengajarkanku
banyak hal, bahwa berbagi dan menolong sesama itu begitu Indah. Sungguh Ri aku
tidak pernah menyesali kalian tinggal di rumah kami, aku tak pernah menyesal
ketika kau menghabiskan makan siang ku saat aku telat pulang sekolah.
Terimakasih Ri kau mengajarkan kepadaku bahwa keluarga itu adalah segalanya.
Ditanah perantauan yang
keras aku kerap kali bertemu dengan orang baik, dan aku selalu percaya karma
baik itu selalu ada. Hidup yang kujalani orang-orang baik yang kutemui dalam
sepanjang perjalanan adalah berkat Doa dan kebaikan hati mama ku, aku juga
belajar dari mama untuk lebih peka dengan orang-orang disekitar dan menolong
orang lain meski kau tahu orang itu tidak dapat menolong mu.
“belajarlah
berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak
anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”
Yesaya
1:17
Komentar
Posting Komentar