akhirnya bertemu (lagi), dan tak berani bilang rindu. ~~~
sore ini aku kembali
menyempatkan menulis tentang mu. ada banyak hal yang ingin kubagi, tapi entah
pada siapa aku bercerita, aku tak bisa selalu bercerita dengan mu. walaupun aku
sangat menginginkanyaa. akhirnya tertuang lah semua disini segala rasa dan asa
yang kupunya
hai Tuan... aku sangat
menikmati pertemuan singkat kita waktu itu. aku sangat bahagia dengan
percakapan kecil di antara kita. itu adalah moment yang sangat langka setelah
lebih dari 3 tahun tak bertemu. pertama kali melihatmu di mlam itu darahku
berdesir. "ohh Tuhan, ternyataa dia datang" kupandangi wajahmu dari
jarak 3 meter tanpa berani beradu dengan tatapan mata mu. aku tak memiliki
sedikit pun keberanian dari bola mata mu yang menyorot tajam mataku.
malam itu berlalu
hanya sekedar menatap, lalu pulang tanpa berani bertutur sapa. sebelum tidur
aku sangat menyesali kebodohanku, mengapa aku tidak menunggumu malah
buru-buru kabur sebelum kau datang menghampiriku. selanjutnya aku berdoa
sebelum pulang aku ingin sekali merasakan gemgaman erat tangan mu.
pertemuan kedua kita
tidak terlalu buruk, walaupun di hari itu aku melakukan kebodohan yang luar
biasa dan kau ikut tertawa di antara ratusan orang yang menyaksikannya. kali
ini aku tidak ingin terburu-terburu tapi kau tak kunjung muncul disaat genting
itulah seseorang menyapaku dan kau datang juga akhirnya. aku bingung mengawali
percakapan waktu itu. untung saja kau tidak sekaku dulu yang ku kenal.
senyumanmu yang hangat sambil meraih tangan ku kau menggemgam tanganku untuk
waktu yang tidak kurang dari 1 menit tahu kah kau??? rasanya aku sangat... ahh,
aku tak tahu mendeskripsikan perasaan yang kurasa saat itu. bahagia sekali
pastinya. lalu berlanjut dengan percakapan kecil aku tahu kau ingin bercakap
lebih lama aku juga banyak hal yang selama ini kusimpan ingin kutanyakan pada
mu Tuan. tapi aku tak punya keberanian untuk itu. bahkan aku sangat grogi
ketika akhirnya bisa berdiri di depan mu dengan jarak yang begitu dekat. aku
kembali menyesali kebodohanku waktu itu dengan memilih terburu-buru pulang. aku
tak menduga percakpan 10 menit waktu itu akan menjadi percakapan terlama kita.
pertemuan ketiga, tak
banyak yang kita bicarakan. sungguh tak kuduga ternyata kau adalah
"bintangnya" dalam pertunjukan malam itu. di bawah cahaya lampu lilin
yang remang-remang (karena memang sedang mati lampu) aku sibuk mencari-cari
wajahmu tak kutemukan. hingga akhirnya kau mengejutkan ku dan nyaris berteriak.
kau ada persis di belakangku waktu itu. "kau tidak ikut menyanyi"
tanya mu dengan tatapan matamu yang terus menatapku. "nanti aku nyanyi
solo" jawabku bercanda. lalu kau tertawa geli. pria yang selalu kujaga
tawanya yang selalu ingin kuabadikan senyumnya.walau sebenarnya aku ingin
sekali menjawab "bagaimana kalau kita berduet??". yang pasti tidak ku
katakan. malam itu aku harus pulang duluan karena sudah terlalu larut sementara
acara yang belum kunjung selesai. tapi aku sungguh bahagia karena akhirnya aku
bisa menyaksikan penampilanmu, mendengarkan suaramu diiringi petikan gitarmu.
bagiku kau semakin mempesona naik hingga level tertinggi. sebelum tidur aku
sangat menyesali kenapa tak kuambil fotomu ketika kau menyanyi?? ahh...
sudahlah aku memang terlampau bodoh.
pertemuan keempat
waktu itu, kita bertemu secara tak sengaja saling bersalaman lalu menanyakan
hal yang tak kuduga "kapan kembali ke kotamu??" apakah kau berat
berpisah dengan ku? ahh, tidak mungkin, mungkin kah engaku merindukan aku juga?
atau kau masih ingin bersamaku? entahlahh.... pertanyaan itu hanya aku dan
Tuhan yang tahu.
sebelum akhirnya aku kembali ke kota ku, melanjutkan mimpi-mimpi ku. ternyata
malam itu adalah pertemuan terahir kita, jika aku memberitahumu dengan pasti
apakah engakau akan datang mengantarkan ku di terminal Bus yang akan ku
tumpangi?. salah ku juga aku tidak memberitahumu kalau aku akan pulang scepat
itu karena aku tak yakin dengan apa yang kau rasakan...
Tuan.... aku menulis ini bersama rasa sakit yang benar-benar kamu pahami. entah karena engkau terlalu bodoh untuk menilai entah terlalu egois untuk memaklumi. aku mencoba bertahan. mempertahankan apa yang seharusnya kulepaskan.....
aku tak berani bilang rindu padamu karena aku sendiri tak berani buktikan
perasaan ku.
Untuk Mu Tuan IM
adakah rindu itu???
Komentar
Posting Komentar